London (ANTARA News) - Indonesia memandang penting peran dan keberadaan kebun raya (botanical garden) yang multifungsi, kata Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) RI Den Haag, Ibnu Wahyutomo.

Ibnu Wahyutomo mengatakan hal itu dalam pembukaan simposium "Botanic Gardens in a Changing World" yang diselenggarakan Hortus Botanicus (Kebun Raya) Leiden, Belanda, di Gedung Orangery Hortus Botanicus Leiden, Sabtu, kata Minister Counsellor Pensosbud KBRI Den Haag, Azis Nurwahyudi,

Ibnu Wahyutomo mengemukakan, kebun raya tidak saja sebagai tempat konservasi tumbuhan dan keanekaragaman hayati dan wisata, namun juga sebagai tempat pemajuan penelitian dan pendidikan, laboratorium tanaman, sustainabiliti lingkungan dan masyarakat serta bagian dari mitigasi dampak perubahan iklim.

Dikatakannya, Indonesia memasukkan revitalisasi dan pembangunan kebun raya sebagai salah satu prioritas nasional di bidang lingkungan hidup dan pengelolaan bencana. Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan beberapa legislasi, antara lain, Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2011 tentang Kebun Raya dan telah mengesahkan "UN Convention on Biological Diversity" melalui UU Nomor 5 Tahun 1994.

Ibnu selain mengucapkan selamat atas perayaan 425 tahun Hortus Botanicus dan mengharapkan melalui simposium tersebut dapat semakin diperkuat kerja sama internasional dalam mengembangkan kebun raya di berbagai negara.

"Melalui kerja sama berbagai pihak, kita semua berharap dapat terus mewariskan keanekaragman hayati dan alam yang indah ini untuk generasi masa depan," katanya.

"Kami juga mengharapkan masyarakat Indonesia dapat melihat tumbuh-tumbuhan khas Belanda seperti tulip, hyacinth, crocus atau narcissusdapat ditanam di kebun raya di Indonesia," katanya.

Saat ini Hortus Botanicus Leiden memiliki koleksi tanaman tropis termasuk tanaman Indonesia di bagian "glass garden".

Dalam simposium disampaikan pula paparan Dr Paul JA Kebler, Direktur Hortus Botanicus Leiden dan Dr Paul Smith, Secretary General of Botanic Gardens Conservation International (BGCI).

Paul Kebler menyampaikan tujuan penyelenggaraan simposium. Selain itu diceritakan pula mengenai sejarah Hortus Botanicus yang didirikan tahun 1590 dengan Carolus Clusius sebagai prefectus (direktur) pertama Hortus Botanicus.

"Saat ini banyak botanical gardens di berbagai negara menghadapi tantangan di satu sisi, namun di sisi lainnya juga ada optimisme untuk meningkatkan peran dan fungsinya. Selama dua hari ini, kita akan mencoba mendiskusikan hal-hal itu," katanya.

Secara khusus, Paul Kebler menyampaikan apresiasi kehadiran delegasi dari Indonesia dan KUAI RI dalam kegiatan tersebut. Dijelaskannya beberapa kerja sama antara Hortus Botanicus Leiden dan Kebun Raya Bogor Indonesia.

Simposium ini diselenggarakan dalam rangka perayaan 425 tahun Hortus Botanicus Leiden dan berlangsung dua hari yang pada pembukaan Jumat dihadiri direktur dan kurator kebun raya dari beberapa negara, ahli biologi dan tumbuhan, kelompok riset, akademisi, mahasiswa dan lainnya.

Para peserta berasal dari Indonesia, Belanda, Amerika Serikat, Italia, Turki, Inggris, Austria, Jerman dan Belgia. Hadir mewakili Indonesia Direktur Kebun Raya Bogor Dr Didik Widyatmoko.

Paul Kebler secara simbolis menyerahkan buku "425 Tahun Hortus Botanicus Leiden" kepada KUAI RI dan para narasumber simposium. Buku tersebut dicetak dalam tiga bahasa, yaitu Belanda, Inggris dan Bahasa Indonesia.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015