... politik luar negeri Indonesia juga harus mengikuti perkembangan...
Jakarta (ANTARA News) - Peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika diharapkan dapat lebih mengembangkan Kemitraan Strategis Asia-Afrika Baru, kata pengamat politik internasional Universitas Gadjah Mada, Siti Setiawati.

"Kerja sama selatan-selatan lebih ditekankan," kata dia, dihubungi dari Jakarta, Minggu (19/4).

Ia mencontohkan salah satu bentuk penekanan kerja sama tersebut adalah pengutamaan sektor ekspor dan impor antara sesama negara Asia-Afrika.

Dalam bidang lainnya, misalnya teknologi, negara Asia-Afrika dapat memanfaatkan kerja sama teknologi dengan Tiongkok, Jepang maupun Korea Selatan dari pada dengan negara-negara Barat.

Siti juga menyarankan pemerintah Indonesia untuk mengkaji kemungkinan kerugian yang ditimbulkan melalui kerja sama selatan selatan tesebut maupun kemungkinan tumpang tindih dengan organisasi lain, misalnya APEC.

Peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika diadakan di Jakarta dan Bandung 19-24 April dan dihadiri oleh 32 kepala negara atau kepala pemerintahan dan 86 utusan negara.

Menurut pengajar mata kuliah politik luar negeri Indonesia serta politik dan pemerintahan Timur Tengah tersebut, penyelenggaraan KAA pertama tahun 1955 cocok dengan kepentingan politik luar negeri Indonesia saat itu, untuk menunjukkan diri sebagai negara yang baru merdeka.

"Soekarno perlu menggedor dunia untuk kepentingan saat itu dan itu terobosan politik luar negeri kita," kata dia. Konsep politik luar negeri Indonesia juga harus mengikuti perkembangan.

Pada perkembangannya, ia menilai Indonesia masih kurang diterima dan belum begitu dipandang oleh negara tetangga.

"Kita harus melangkah lebih jauh lagi. Evaluasi lagi apa yang bisa membuat Indonesia diterima di dunia internasional. Apa yang perlu diperbaiki," kata dia.

Ia juga berharap KAA kali ini mencari terobosan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di negara Asia-Afrika, misalnya pemberontakan Boko Haram.

"Agenda untuk menyelesaikan masalah Asia-Afrika sehingga bisa menjadi kekuatan baru di tengah kekuatan yang sudah ada," kata dia.

Indonesia pun dapat memanfaatkan kekuatan tersebut untuk kepentingannya.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015