Malang (ANTARA News) - Arema Cronus Indonesia Malang, Jawa Timur, optimistis masalah persepakbolaan di Tanah Air, termasuk pembekuan PSSI oleh Menpora, Imam Nahrawi, bakal segera tuntas dan klub bisa kembali berkonsentrasi pada kompetisi yang beberapa kali tertunda.

"Kita berharap dan berdoa semoga kondisi persepakbolaan di Tanah Air tidak sampai ada sanksi dari FIFA karena sanksi itu akan merugikan banyak pihak. Kita juga yakin Menpora dan PSSI bisa duduk bersama untuk menyelamatkan sepak bola Indonesia," kata Media Officer Arema, Sudarmaji, di Malang, Minggu.

Ia juga berharap terpilihnya La Nyalla Mahmud Mattaliti sebagai Ketua Umum PSSI yang baru bisa menjadi harapan baru bagi kemajuan sepak bola di Tanah Air, bahkan secepatnya berkomunikasi dengan pemerintah (Menpora) agar kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) 2015 juga bisa segera bisa bergulir kembali.

Menurut Sudarmaji, liga (kompetisi) ini domainnya PSSI dan yang menyelesaikan juga PSSI, namun pembekuan PSSI akan berdampak luas terhadap seluruh komponen sepak bola di Indonesia.

"Meski demikian, saya yakin dan optimistis masalah ini akan segera tuntas dan kompetisi bisa bergulir kembali," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Ridwan Hisjam, menyatakan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dianggap sebagai biang kerok dari permasalahan persepakbolaan di Indonesia dan akhirnya Menpora, Imam Nahrawi, menjatuhkan sanksi administratif berupa pembekuan PSSI.

Politisi Partai Golkar itu menjelaskan langkah BOPI yang awalnya melarang lima klub tampil di LSI 2015 menjadi titil awal dari polemik sepak bola yang tidak berkesudahan.

Rekomendasi BOPI ada 13 klub yang boleh ikut dalam kompetisi LSI dan lima klub dilarang ikut, termasuk Arema Cronus. Karena putusan itu, gejolak pun muncul, sebab beberapa klub kecewa dengan keputusan BOPI dan akhirnya terjadi pertemuan yang berujung pada pembuatan pakta integritas antara DPR RI dan Kemenpora.

"Ada 18 tim yang boleh ikut LSI sesuai pakta integritas yang ditandatangani Direktur LSI dan Menpora itu, tapi kenapa Menpora tidak menepatinya. Karena BOPI tetap berkukuh menyatakan Arema dan Persebaya tidak layak ikut liga itulah, yang mengakibatkan Menpora menjatuhkan sanksi pembekuan PSSI," kata Ridwan.

Melihat kondisi tersebut, kata Ridwan, pihaknya bakal melakukan koordinasi dengan anggota komisi lainnya dan akan melakukan rapat internal membahas pembekuan PSSI tersebut. "Kita akan rapat untuk mengambil langkah terkait pembekuan PSSI ini," ucapnya.

Selain Ridwan Hisjam, anggota Komisi X DPR RI yang mewakili wilayah Malang raya, yakni Moreno Soeprapto dan Dewanata Kresna Prosakh juga getol memperjuangkan Arema agar bisa berkompetisi di LSI 2015, meski BOPI telah mencoret tim tersebut dari kepesertaanya di ajang LSI.

Kondisi kisruh dan terjadi polemik persepakbolaan nasional seperti sekarang ini juga pernah terjadi sekitar tahun 2010-2011 atau pasca-digelarnya Kongres Sepak Bola Nasional di Malang yang dihadiri oleh Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun itu ada dua kompetisi yang bergulir, yakni Liga Prima Indonesia (LPI) yang anggaran dan dana operasionalnya disokong oleh salah seorang pengusaha ternama di Tanah Air dan LSI yang didanai oleh masing-masing klub.

Pada saat itu ada beberapa klub yang terpecah menjadi dua, di antaranya Arema dan Persebaya serta munculnya sejumlah klub baru yang berkompetisi di ajang LPI.

Sementara kompetisi LSI diikuti klub-klub besar dan ternama di Tanah Air, seperti Persipura Jayapura, Sriwijaya FC, Persib Bandung, Arema LSI, Persebaya, dan Persija Jakarta. 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015