Jangan dibiarkan tumbuh."
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam moderat sehingga tidak akan memberikan kompromi dalam bentuk apapun bagi paham radikalisme dan ekstrimisme.

"Sebagai negara Islam moderat Indonesia tidak ada kompromi dengan radikalisme dan ekstrimisme," kata Presiden Jokowi dalam wawancara khususnya dengan Kantor Berita Antara di Istana Negara, Jakarta, Senin.

Presiden mengemukakan, di mana pun titik-titik yang dianggap rawan menjadi embrio bagi berkembangnya paham radikalisme, maka harus dilakukan pendekatan dari berbagai sisi, terutama dari sisi keamanan untuk mengantisipasi menjalar di lingkungan masyarakat hingga dikhawatirkan semakin laten dan berbahaya.

"Di mana pun titik-titik yang kita anggap menjadi embrio berkembangnya paham radikalisme harus dilakukan pendekatan keamanan dan budaya. Jangan dibiarkan tumbuh," kata Presiden.

Menurut Presiden, Indonesia banyak diuntungkan dengan keberadaan organisasi massa, organisasi Islam moderat, lembaga swadaya masyarakat dan komunitas yang mengajarkan Islam sesungguhnya yang toleran, cinta damai, dan penuh sopan santun.

Kepala Negara berpendapat, pemberantasan bagi paham yang menyesatkan dan rawan mendatangkan aksi teror bukan semata tanggung jawab pemerintah, tapi seluruh lapisan masyarakat, termasuk organisasi massa keagamaan layaknya Nahdlatul Ulama (NU).

"Bukan hanya pemerintah, tapi juga masyarakat, termasuk organisasi Islam moderat, organisasi massa, seperti NU. Kita dapat banyak keuntungan dari keberadaan mereka. Kalau negara lain akan sulit membendungnya. Kita lihat mereka kesulitan," kata Presiden.

Presiden Jokowi mengemukakan, sampai saat ini Indonesia justru banyak dinilai oleh banyak negara, di Timur Tengah khususnya, sebagai negara yang telah mampu menyelesaikan persoalan radikalisme dan ekstrimisme dengan pendekatan yang berbeda.

"Paham-paham radikalisme ekstrimisme semua negara mengalami. Alhamdulillah kita dilihat sebagai sebuah negara yang mampu menyelesaikan itu dengan pendekatan yang berbeda. Bukan hanya dengan pendekatan keamanan, tapi juga budaya," demikian Presiden Jokowi.

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015