Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo akan bertemu dengan perwakilan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk membahas krisis yang terjadi di Yaman pada 22 April.

"Kita akan bahas masalah itu (krisis Yaman) pada tanggal 22 April dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan negara-negara OKI," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai melakukan jumpa pers Pertemuan Tingkat Menteri Asia-Afrika (AAMM) di Balai Sidang Jakarta (JCC), Senin malam.

Menurut Menlu Retno, masalah Yaman akan menjadi salah satu tema utama dalam pertemuan Presiden Jokowi dengan OKI dan hal itu akan menjadi salah satu usaha Indonesia untuk menjadi bagian dari jalan keluar atas krisis tersebut.

Menlu menambahkan pertemuan itu juga akan menyoroti pentingnya persatuan umat Islam di seluruh dunia dan penyampaian pesan bahwa Islam adalah agama yang damai dan membawa perdamaian.

Sebelumnya, Menlu mengecam keras serangan bom yang terjadi di Kota Sanaa, Yaman, pada 20 April 2015 pukul 10.45 waktu setempat.

Serangan tersebut telah mengakibatkan terlukanya beberapa staf diplomat Indonesia dan rusaknya Gedung KBRI Sanaa, serta seluruh kendaraan milik KBRI yang berada di area tersebut.

KBRI Sanaa menginformasikan saat ini terdapat 17 orang WNI yang terdiri atas staf KBRI Sana'a, anggota tim evakuasi WNI dari Jakarta dan WNI yang sedang mengungsi.

Menlu telah menginstruksikan KBRI dan tim evakuasi di Sanaa untuk segera mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan warga negara Indonesia yang berada di kota tersebut.

"Pemboman itu juga membuktikan situasi yang tidak kondusif di Sanaa karena termasuk dalam wilayah konflik," kata Retno.

Oleh karena itu, Menlu mengimbau dan terus melakukan pendekatan persuasif kepada seluruh WNI yang masih berada di Yaman untuk bersedia segera dievakuasi.

Hingga saat ini, pemerintah Indonesia telah berhasil mengevakuasi dan memulangkan 1.973 WNI ke Indonesia.

Selain itu, Menlu Retno juga menegaskan pemboman tersebut merupakan bukti bahwa penyelesaian masalah melalui kekerasan hanya mengakibatkan korban warga yang tidak bersalah dan penyelesaian secara damai melalui diplomasi dan perundingan merupakan jalan terbaik.

Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015