Itu sebabnya, mayoritas pemilik suara kongres PD yang saya survei menyayangkan kalau Pak SBY harus dilibatkan lagi dalam praktik politik praktis."
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Marzuki Alie, menegaskan dirinya siap memimpin Partai Demokrat dan akan maju sebagai calon ketua umum dalam kongres mendatang.

"Kalau pemilik suara memberi amanat, saya tidak boleh menolak," katanya kepada pers di Jakarta, Selasa.

Apapun tugas yang diberikan partai, kata mantan Ketua DPR RI ini, harus siap apapun risikonya, baik masuk penjara atau dikucilkan dari partai. "Saya siap jika memang pemilik suara menugaskan saya maju sebagai ketua umum," katanya.

Meski Marzuki yakin SBY adalah calon terkuat, namun suara yang meminta adanya regenerasi kepengurusan juga kian menguat. Regenerasi adalah keniscayaan dan tuntutan zaman.

"Yang harus dipastikan adalah kapan regenerasi itu harus dilakukan, apakah sekarang atau nanti," katanya.

Yang pasti regenerasi dilakukan untuk kepentingan partai yang lebih baik. "Kalau regenerasi dilaksanakan asal-asalan bisa jadi malah tidak membuat partai lebih baik," katanya.

Marzuki sudah melakukan survei pribadi dengan menghubungi sekitar 120 pemilik suara. Hasilnya, 100 suara menyatakan Susilo Bambang Yudhoyono cukup jadi "bapak partai" saja. SBY sebagai pemersatu partai, tidak perlu jadi ketua umum.

Selain itu, 10 suara lain bersikap lebih hati-hati dan meminta langkah SBY jangan sampai membuat partai terpecah-belah. Sedang 10 responden survei lain meminta SBY dan MA melakukan komunikasi demi perbaikan partai.

Menurut Marzuki, dari suara 100 responden yang meminta SBY tidak lagi terjun ke dunia politik praktis karena alasan menjaga kehormatan SBY serta menjauhkannya dari potensi terciprat kotornya dunia politik praktis. Misalnya, memecat kader yang nakal, dihujat dan didemo kader yang tidak puas, difitnah dan sebagainya.

"Apalagi jika harus turun langsung mengurusi hal-hal teknis. Itu jangan lagi dibebankan kepada Pak SBY," kata dia.

Menurut Marzuki, secara konsep, politik itu mulia jika dilakukan demi kepentingan bangsa. Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa dalam praktiknya politik itu kotor. Selalu bersinggungan dengan kekuasaan, konflik, kepentingan dan area-area rawan konflik lainnya.

"Itu sebabnya, mayoritas pemilik suara kongres PD yang saya survei menyayangkan kalau Pak SBY harus dilibatkan lagi dalam praktik politik praktis," katanya.

Kader PD, menurut Marzuki, bukan tidak mau dipimpin lagi oleh SBY. Kader-kader PD justru menghargai SBY dan ingin menempatkannya dalam posisi yang lebih terhormat sebagai ketua majelis tinggi kehormatan partai.

"Pak SBY adalah bapak partai, pemersatu partai. Jangan sampai posisinya yang sangat terhormat itu dipaksa-paksa oleh orang dekatnya untuk terjun lagi sebagai ketua partai," katanya.

Orang-orang yang mendorong SBY maju lagi itu, menurut Marzuki, tidak menghormati SBY dan tidak menjaga kehormatan partai. Orang-orang seperti itu tidak layak karena hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri.

"Jadi jangan lagi ada Plt pemilik suara atau ketua-ketua DPC dan DPD karena itu melanggar AD/ART. Kalau ini dilanggar ini bisa jadi cikal bakal kongres tandingan," katanya.


Pertanyakan

Sedangkan calon Ketua Umum Partai Demokrat, Gede Pasek Suardika mempertanyakan dukungan dari kader-kader Partai Demokrat kepada SBY.

Meskipun demikian Pasek tetap berharap bahwa kongres PD dibuat sehat dengan membuat tatib yang sehat dan pesertanya dibuat sehat. "Tentu dari bakal calon menjadi calon dibuat luber jurdil sebagai azas dasar praktik demokrasi," katanya.

Pasek menganggap dua calon lainnya, yaitu Ketua Umum Partai Demokrat SBY dan Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie adalah calon kuat ketua umum PD mendatang.

"Kalau saya hanya kuda hitam dan hadir untuk menambah kegembiraan dan kemeriahan demokrasi di internal partai. Saya akan tetap maju," katanya.

Dia mengatakan, esensi demokrasi adalah kalau ada ruang untuk kompetisi. "Masa mau juara dan dapat piala tapi tidak mau ada pertandingan. Pasti akan ada kejutan nanti," ujar Pasek.

Pewarta: Sri Muryono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015