Ini memang karena kita melakukan strategi `front loading`,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan tingginya realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir Maret 2015, disebabkan karena strategi penerbitan yang dilakukan sejak awal tahun (front loading).

"Ini memang karena kita melakukan strategi front loading," katanya di Jakarta, Selasa.

Bambang menjelaskan strategi penerbitan obligasi sejak awal tahun ini dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan tingkat suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) pada semester II, yang berpotensi menyebabkan terjadinya pembalikan modal.

"Strategi ini untuk mencegah kita berhadapan dengan kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga pada semester dua. Jadi kalau kita ingin mencari utang dari pasar, sebaiknya dilakukan sebelum itu," ujarnya.

Bambang tidak menyebutkan secara pasti penarikan utang sejak awal ini sebagai antisipasi dari rendahnya penerimaan pajak pada triwulan I, dan menyebabkan terjadinya pelebaran defisit anggaran dari perkiraan semula.

"Pokoknya kita jalankan rencana sesuai dengan (yang tercantum dalam) APBN-Perubahan," tegasnya.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerbitan SBN (netto) hingga 31 Maret 2015 mencapai Rp144,4 triliun atau 48,5 persen dari target APBN-Perubahan sebesar Rp297,7 triliun.

Namun, pembiayaan dalam dan luar negeri baru mencapai Rp139,8 triliun atau 34,3 persen dari target dalam APBN-Perubahan Rp407,7 triliun. Dengan demikian, masih tersisa rencana pembiayaan hingga akhir 2015 sebanyak Rp267,8 triliun.

Kementerian Keuangan memastikan utang pemerintah ini diperlukan untuk pembiayaan defisit dalam APBN-Perubahan 2015 yang ditetapkan 1,9 persen terhadap PDB, penyediaan arus kas dalam jangka pendek, serta "refinancing" utang lama.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015