Subang (ANTARA News) - Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan mengatakan metode tanam padi hazton sangat tepat diterapkan untuk mewujudkan kesejahteraan petani. Pola tanam tersebut mampu menghasilkan gabah sampai 9 ton setiap hektar.

Dia mengemukakan pola tanam hazton adalah bibit yang ingin ditanam tidak dibagi-bagi dan langsung ditanam hingga mencapai 20-25 tanaman dan sistem pencabutannya dari tempat pembibitan harus hati-hati usahakan akarnya tidak banyak putus.

Pola tanam ini bisa dipakai untuk semua varietas dan bisa tumbuh baik meski di lahan basah maupun kering. Padi akan masak serentak hingga akan memudahkan petani karena tidak memanen hingga dua kali.

Demikian dikatakan oleh Daniel saat melakukan kunjungan spesifik ke Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Rabu.

"Saya melihat sejauh ini, pola tanam hazton di Subang sudah berjalan baik dan mampu menghasilkan gabah yang biasanya hanya 4-5 ton/hektar, dengan pola tanam Hazton itu menghasilkan gabah sampai 8-9 ton/hektar," kata Daniel.

Dengan menghasilkan 9 ton gabah/hektar, tentu hal ini juga akan memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi petani.

"Dengan visi pemerintah tentang kedaulatan dan ketahanan pangan, kita butuh terobosan dari pemerintah. Pola tanam hazton merupakan salah satu terobosan. Dengan pola tanam Hazton, produksi gabah meningkat, dan kalau harga gabah per kilonya Rp3.000-Rp4.000 dengan luas lahan, tenaga kerja dan biaya yang sama, petani bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp15 juta dari kenaikan produksi gabah yang mencapai 9 ton/hektarnya," kata politisi PKB itu.

"Untuk petani di Jawa yang biasa menghasilkan gabah sekitar 6 ton/hektar, dengan pola tanam seperti ini, maka akan mendapatkan keuntungan hingga Rp6 juta," imbuhnya.

Selain pola tanam hazton, Daniel juga mengapresiasi dengan pengadaan bibit padi yang dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Subang. Bahkan, bibit yang dihasilkan menjadi rujukan bagi dunia seperti Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI) yang berpusat di Philipina.

"Saya kagum dengan litbang di Sukamandi, yang sudah menghasilkan bibit unggul dan menjadi rujukan dunia. Bibit unggul yang dihasilkan itu bisa diberikan kepada petani sehingga petani tidak menanam lagi bibit biasa, tapi bibit premium," kata Daniel.


Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015