Kita anggarkan `feasibility study` (studi kelayakan) Rp25 miliar dari APBN, kalau bisa irit lebih bagus. Kalau pun lebih nanti akan dikembalikan ke kas negara,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perhubungan telah menganggarkan maksimal Rp25 miliar untuk studi kelayakan Pelabuhan Cilamaya yang baru karena penggeseran lokasi sekitar lebih dari tiga kilometer ke arah Timur.

"Kita anggarkan feasibility study (studi kelayakan) Rp25 miliar dari APBN, kalau bisa irit lebih bagus. Kalau pun lebih nanti akan dikembalikan ke kas negara," kata Dirjen Perhubngan Laut Bobby dalam diskusi bersama wartawan dan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan di Kemenhub, Jakarta, Rabu.

Bobby menjelaskan nantinya Juni mulai bisa dilakukan studi kelayakan dan tahun ini diperkirakan selesai.

Dia mengatakan sebelumnya akan dilakukan tender terlebih dahulu yang pengumumannya akan dilakukan Mei mendatang.

"Juni mulai studi kelayakannya, minimal tiga bulan sampai Agustus. Nanti tinggal pendalaman saja karena bahannya sudah didapat dari studi yang lalu," katanya.

Dia menyebutkan akan ada sekitar enam lokasi yang akan dikaji ulang, tetapi fokus utama yakni, lokasi yang aman dari pipa minyak dan gas milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) karena polemik itu yang menjadi salah satu pemicu penggeseran lokasi pelabuhan tersebut.

Bobby mengatakan perkiraan lokasi baru pelabuhan antara Tarumanegara sampai ke Indramayu, Jawa Barat.

"Saya engga sebutkan tempatnya yang pasti lebih ke arah Timur Cilamaya, tapi masih di Jawa Barat, bukan Jawa Tengah karena tujuannya mendekatkan Cikarang, supaya ada kompetisi dengan Tanjung Priok karena selama ini 70 persen distribusi ke Cikarang itu dari Tanjung Priok," katanya.

Pertimbangan lokasi pelabuhan, lanjut dia, berpatokan pada kondisi wilayah, yakni pantai utara Jawa (Pantura), perhitungan arus, kondisi kedalaman laut dan kondisi daratannya.

Bobby memperkirakan proyek pelabuhan tersebut mulai konstruksi 2017, selesai pada 2020 dan beroperasi pada 2022.

"Kalau molor sedikit, paling setahun," katanya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015