Perth (ANTARA News) - Laporan terbaru yang dirilis lembaga inteligen "Australian Signals Directorate" mencatat bahwa serangan siber terhadap bisnis dan lembaga pemerintah melonjak 20 persen sepanjang tahun 2014.

Serangan siber ini paling banyak menimpa sektor perbankan dan keuangan, sektor sumber daya alam dan energi, pertahanan, serta telekomunikasi.

Seorang konsultan keamanan IT, Wade Alcorn, menyebutkan, "Kadang-kadang penjahat unggul selangkah, dan ada juga masanya orang baik menang selangkah."

Bank terbesar di Australia, Commonwealth, tiap harinya mendapat jutaan serangan siber dari berbagai organisasi kejahatan yang dinamakan "hactivists"--orang yang meretas laman di internet untuk agenda-agenda sosial atau politik.

Kepala keamanan informasi Bank Commonwealths, Ben Heyes, menyatakan serangan siber yang sifatnya serius terus meningkat tajam.

"Serangan siber kian meluas dan menjadi lebih canggih, selain jumlahnya yang juga semakin banyak," kata dia seperti dikutip dari laman ABC (www.abc.net.au), Kamis.

Menghadapi tantangan ini, pemerintah Australia membentuk "Australian Cyber Security Centre" pada November 2014 untuk mendukung lembaga inteligen, Kejaksaan Agung, dan divisi siber polisi federal Australia.

Pada pekan ini, Canberra akan menggelar konferensi membahas dunia siber, dengan menghadirkan para ahli dari Australia dan dunia.

Berdasarkan data Badan Penegakan Hukum Uni Eropa, serangan siber merugikan 250 miliar euro tiap tahunnya, dan bisnis ini menjadi lebih menguntungkan daripada perdagangan global mariyuana, kokain, dan heroin jika digabungkan.

Pada Februari lalu, sekitar 1 miliar dolar telah dicuri dari 100 bank di seluruh dunia termasuk Australia.

(E012)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015