Perth (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Australia, Tony Abbott, dan PM Turki, Ahmet Davatoglu, sepakat untuk mempererat kerja sama di bidang inteligen dan informasi sebagai upaya menekan jumlah warga Australia bergabung dengan kelompok Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS).

Kesepakatan itu diumumkan di Ankara, Turki, Kamis, sebagai bagian dari rangkaian peringatan 100 tahun pendaratan tentara gabungan Australia-Selandia Baru (ANZAC) di Semenanjung Gallipoli pada Perang Dunia I.

Turki adalah negara transit bagi warga negara Australia yang berniat untuk bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak.

Seperti dikutip dari laman ABC (www.abc.net.au), PM Turki Ahmet Davatoglu menyatakan pihaknya akan menangkap dan mendeportasi warga negara Australia yang mencoba bergabung ISIS di Suriah.

"Dengan kerja sama yang erat ini ... warga negara Australia yang ingin pergi ke Suriah dan Irak lewat Turki akan semakin sulit," kata PM Abbott.

Kerja sama di bidang antiterorisme antara Australia dan Turki telah dilakukan sejak November 2014, dan bakal digelar setiap tahun ke depannya.

Australia dan Turki bersepakat untuk memperkuat perjanjian bantuan hukum dan memorandum kerja sama untuk memulangkan pengikut ISIS yang bukan berasal dari Suriah dan Irak.

Pembahasan kerja sama Australia dan Turki menguat setelah munculnya video di internet, di mana seorang pria Melbourne yang terlibat dalam rencana teror ANZAC Day mengajak pengikut ISIS untuk menyerang Australia.

Neil Prakash, yang juga menggunakan nama Abu Khaled al-Cambodi, adalah perekrut ISIS di Australia. Dalam video berdurasi 12 menit, ia mengajak agar pengikut ISIS bergabung ke Suriah dan Irak.

"Kami datang untuk mendirikan sebuah negara, kami datang untuk mengorbankan darah kami," ujarnya.

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015