Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj meluncurkan Kongres Fatayat ke-15 yang rencananya akan diselenggarakan pada 19--22 September 2015 di Surabaya.

"Diharapkan Kongres Fatayat ini memberi kontribusi dalam peradaban. Lebih luas lagi dapat mempromosikan Islam sebagai rahmat alam semesta dimulai dari Indonesia, bukan dari Timur Tengah yang kini terlalu banyak konflik atas nama agama," kata Said seusai acara peluncuran Kongres Fatayat ke-15 sekaligus peringatan Hari Lahir Fatayat ke-65 di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat.

Said mengatakan Fatayat merupakan organisasi perempuan yang dinaungi oleh NU. Peran yang baik terus dinantikan oleh para perempuan di organisasi berpaham "ahlussunah wal jamaah" tersebut, terutama di masa kini.

"Fatayat sekarang dengan dulu, sangat berbeda tantangannya. Dulu, organisasi ini berupaya memberdayakan perempuan di awal masa kemerdekaan terutama banyak yang buta aksara. Kini, tantangannya semakin berat yaitu harus menghadapi liberalisasi informasi, investasi dan ideologi," kata dia.

Dari tiga tantangan itu, kata Said, liberalisasi ideologi merupakan tantangan terberat. Maka, dia meminta pergerakan Fatayat harus progresif dalam menyaring ideologi sehingga dapat percaya diri dalam mengghadapi tantangan zaman.

Sementara itu, Ketua Umum Fatayat, Ida Fauziah mengatakan pergerakan perempuan kini sudah semakin terlihat.

"Perlunya Fatayat untuk ikut politik di parlemen merupakan salah satu cara untuk menghadapi zaman agar kebijakan tidak merugikan perempuan," kata Ida.

Perempuan, kata dia, juga harus terus berkontribusi dalam mencegah berkembangnya berbagai hal yang negatif di tengah masyarakat seperti prostitusi daring.

"Prostitusi online merupakan contoh masyarakat yang salah menggunakan kemajuan iptek. Tantangan dari dulu sampai sekarang akan tetap ada," kata dia.

Secara umum, Fatayat dikatakannya harus berkontribusi dalam menegakkan peradabn yang luhur.

Peradaban yang luhur, kata dia, hanya dapat diwujudkan jika ada penegakkan nilai kemanusiaan dan keadilan dalam kehidupan masyarakat, harmonitas, penghargaan kebhinekaan, serta terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang mensejahterakan.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015