... tidak mampu membayar uang sewa rumah dan terpaksa tidur di dalam mobil...
Perth (ANTARA News) - Menjelang peringatan 100 tahun pendaratan tentara gabungan Australia-Selandia Baru (ANZAC) mendarat di Semenanjung Gallipoli, Turki, 25 April, topik terkait kesejahteraan veteran perang Australia menjadi fokus pemberitaan media setempat, Jumat.

Saluran televisi Channel 9, Jumat pagi, membahas temuan bahwa ribuan veteran perang Australia yang telah bertugas di Afghanistan dan Irak, kini hidup sebagai tunawisma.

Survei nasional tentang veteran yang hidup sebagai tunawisma pada 2009 mendapati bahwa sedikitnya 3.000 veteran tidak punya tempat tinggal.

Beberapa organisasi tunawisma di negara bagian New South Wales dan Victoria memperkirakan jumlah veteran yang hidup sebagai tunawisma jumlahnya delapan-12 persen dari angka nasional. Di Victoria sendiri, ada sekitar 25.000 orang hidup sebagai tunawisma.

Matt Vawdrey (32) adalah salah satu veteran yang hidup tanpa tempat tinggal. Ia bergabung dengan angkatan bersenjata Australia pada 2005 dan ditugaskan ke Irak dan Afghanistan.

Ketika ia pulang ke Australia pada 2011, Matt memutuskan untuk keluar dari angkatan bersenjata dan fokus membangun keluarga dan bisnis keluarga di Sydney.

Setelah 18 bulan berlalu, Matt mengalami tekanan pascatrauma, demikian dikutip dari laman ABC.

Matt keluar-masuk rumah sakit hingga tujuh kali. Hubungannya dengan pasangan kandas, bisnis keluarga pun hancur.

"Saya tidak mampu membayar uang sewa rumah dan terpaksa tidur di dalam mobil," kata dia.

Kehidupannya sebagai tunawisma berlangsung selama lima bulan hingga sesama veteran membantunya keluar dari krisis itu pada medio 2014.

Di Australia, hanya terdapat satu program bagi veteran tunawisma yaitu RSL Life Care, yang menyediakan akomodasi bagi veteran muda yang sedang mengalami kesulitan hidup.

Menurut John Bale, CEO Solider On --organisasi komunitas yang melakukan berbagai program reintegrasi dan pemulihan di berbagai wilayah di Australia-- banyak tentara yang kembali dari perang tidak mendapat dukungan yang memadai dari masyarakat setempat.

"Bukan karena masyarakat tidak peduli," ujar dia.

John justru berkeras kondisi ini disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat tentang dampak yang dialami tentara ketika ditugaskan ke kawasan perang seperti Afghanistan, Timor Timur, dan Irak.

Departemen Urusan Veteran (DVA) baru akhir-akhir ini mengetahui persoal tunawisma di kalangan veteran, tapi itu pun belum membuahkan solusi yang jelas.

Bagi DVA, pembiayaan veteran yang tunawisma adalah urusan negara bagian, sementara pemerintah negara bagian memandang urusan veteran adalah urusan pemerintah federal.

Kondisi semakin mengkhawatirkan karena pemerintahan PM Tony Abbott tidak mengumumkan komitmen apapun untuk mendukung pendanaan program tunawisma nasional.

Berkaca dari pengalaman Amerika Serikat, para veteran yang tunawisma di sana berjumlah sekitar 50.000 orang.

Pada tahun 2009, pemerintahan Presiden Barack Obama berjanji akan menyelesaikan persoalan ini pada akhir tahun 2015.

Hingga saat ini, sepertiga veteran yang tunawisma di Amerika sudah memiliki akomodasi yang layak.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015