Tripoli  (ANTARA News) - Pertempuran di Libya membuat lebih dari setengah juta orang mengungsi sejak Mei, kata Bulan Sabit Merah pada Kamis.

"Peningkatan kekerasan bersenjata di Libya mengusir lebih dari setengah juta orang dari rumah mereka sejak 14 Mei 2014 hingga awal April," kata laporan.

Jumlah terbesar dari mereka, lebih dari 126.000, lari ke ibu kota, dengan kota kedua Benghazi tercatat 110.000 orang.

Sementara angka-angka itu merupakan data pertama kalinya yang diterbitkan sumber tepercaya, pegiat menyatakan mereka mengecualikan yang pindah ke kerabat daripada ke kampung, sekolah dan tempat perlindungan lain, yang terdaftar.

Pada saat sama, laporan itu mencakup mereka yang meninggalkan negara itu, yang Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi perkirakan sekitar 100.000 orang.

Libya dilanda kekacauan sejak pemberontakan menggulingkan dan membunuh pemimpin Muammar Gaddafi pada 2011 sementara dua pemerintah dan parlemen yang bertentangan serta kelompok bersenjata kelompok berjuang mengendalikan kota dan kekayaan minyaknya.

Keadaan kian rumit sejak Tripoli pada Agustus yang dikuasai petempur pegaris keras Fajar Libya dan pemerintah, yang diakui antarbangsa, lari ke ujung timur negara tersebut.

Pemerintah dukungan pegaris keras pimpinan Perdana Menteri Omar Hassi dibubarkan, kata sumber parlemen Libya.

Kongres Nasional Umum (GNC), yang berpusat di Tripoli, mengeluarkan keputusan itu setelah pemungutan suara dan menugaskan Khalifa Ghwell melaksanakan pekerjaan pemerintah hingga perdana menteri baru diangkat, kata pengumuman GNC.

GNC tidak merinci pembubaran itu.

Sebagian media setempat menyatakan alasan pemecatan pemerintah pimpinan Hassi ialah korupsi. Sementara itu, Hassi juga gagal memperoleh pengakuan antarbangsa bagi pemerintah Tripoli.

Kelompok keras Negara Islam menyasar kedutaan di Tripoli dan ladang minyak untuk menculik pekerja asing.

Korea Selatan untuk sementara memindahkan petugas kedutaannya di Tripoli ke Tunisia, menyusul serangan kelompok bersenjata pada pekan lalu, yang menewaskan dua penjaga keamanan setempat, kata kementerian luar negeri.

Dua petugas kedutaan, dan satu anggota keluarga, diterbangkan ke Tunisia dari ibu kota Libya. Kantor sementara akan terus memberikan pelayanan konsuler kepada 32 warga Korea Selatan, yang masih berada di Libya, kata pernyataan kementerian itu.

(Uu.B002/T008)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015