Jika ketahanan pangan lemah, kedaulatan negara terancam, kriminalitas pasti meningkat,"
Waekasar, Maluku (ANTARA News) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengingatkan pentingnya ketahanan pangan untuk Indonesia khususnya bagi para petani, di mana jika ketahanan pangan lemah maka kedaulatan negara akan terancam.

"Jika ketahanan pangan lemah, kedaulatan negara terancam, kriminalitas pasti meningkat," kata Amran, saat menghadiri panen raya di Desa Waekasar, Kabupaten Buru, Maluku, Sabtu.

Amran mengatakan, bahkan Presiden Joko Widodo memberikan instruksi langsung terkait dengan pentingnya ketahanan pangan serta memperhatikan nasib para petani agar bisa mendukung program pemerintah mencapai swasembada.

"Kami diminta Presiden memperhatikan para petani dengan turun ke lapangani untuk melakukan diskusi, dan lain sebagainya," ujar Amran.

Amran menambahkan, untuk melindungi para petani tersebut, sejak dilantik Presiden Jokowi menjadi Menteri Pertanian pada Oktober 2014 lalu, dirinya dan jajaran pemerintah lainnya sepakat untuk tidak membuka keran impor beras.

"Sampai hari ini, sejak kami bergabung di Kabinet Kerja, tidak ada impor beras. Harga beras sekarang sudah stabil," ucap Amran.

Kementerian Pertanian mencatat, dalam periode Oktober 2014 hingga Maret 2015 terdapat tambahan luas lahan pertanian padi seluas 700 hektare. Dengan adanya peningkatan tersebut, diharapkan produksi bisa mencapai tiga juta ton.

Beberapa waktu lalu, Kementerian Pertanian juga menyatakan bahwa rendahnya harga gabah kering di tingkat petani dapat menyebabkan petani kehilangan semangat untuk menanam padi.

Melalui dialog langsung, Menteri Pertanian dengan beberapa petani di Desa Talang Giring, Kabupaten OKU Timur harga gabah kering petani pada kisaran Rp3.300 hingga Rp3.500. Harga tersebut di bawah HPP yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp3.700/kilo.

Untuk itu Menteri Pertanian akan membicarakan masalah ini kepada Bulog dan Menteri BUMN Rini Soemarno untuk meningkatkan penyerapan beras oleh Bulog, sehingga tidak ada lagi harga gabah di tingkat petani yang tidak sesuai dengan HPP.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015