Ambon (ANTARA News) - Jumlah terumbu karang yang hidup di perairan Teluk Ambon bagian dalam mulai punah, dan hanya tersisa di satu lokasi, yakni Desa Halong, Kecamatan Baguala, dengan kondisi yang mengkhawatirkan.

"Hasil monitoring terumbu karang dari Maret hingga April 2015, di Teluk Ambon bagian dalam tidak ada terumbu karang yang hidup secara alami, yang tersisa hanya di Halong, itu pun tutupan karangnya tinggal sedikit," kata Peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam (PPLD) LIPI Ambon Hanung Mulyadi, di Ambon, Sabtu.

Hanung yang juga ketua tim monitoring Teluk Ambon mengatakan kondisi terumbu karang di Desa Halong sudah tergolong tidak bagus, karena persentase kondisi tutupan karang di bawah 60 persen, hanya tersisa sedikit yang tumbuh secara alami.

"Persentase tutupan karangnya sudah tergolong tidak bagus, karena tinggal sedikit yang alami, kecuali yang kegiatan transplantasi karang, artifisial, upaya menumbuhkan kembali terumbu karang," katanya.

Semakin sedikitnya terumbu karang yang hidup di perairan Teluk Ambon bagian dalam, menurut dia, akibat banyaknya sampah plastik yang melayang dan menutupi karang, dan tingginya turbiditas atau kekeruhan air yang disebabkan oleh butiran tanah dari daratan terbawa ke laut saat musim penghujan.

Nilai kekeruhan Teluk Ambon bagian dalam lebih tinggi dibandingkan bagian luar, hal itu juga yang menjelaskan mengapa jumlah terumbu karang yang hidup di dua wilayah tersebut jauh berbeda, karena ketika turbiditas air meninggi, tidak hanya terumbu karang yang terganggu tapi juga lamun.

"Nilai indikatornya adalah turbiditas air, ketika lahan di bagian atas dialih fungsikan menjadi lahan pertanian atau pemukiman, saat curah hujan tinggi butiran tanah akan masuk ke muara sungai hingga ke teluk, ketika kekeruhannya tinggi sinar matahari tidak bisa masuk sampai ke dasar perairan, lama-kelamaan butiran tanah itu mengendap ke daun-daun lamun maupun terumbu karang, sehingga menyebabkan kematian," ucapnya.

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015