Lagu-lagu Sore telah menginspirasi film-film saya
Jakarta (ANTARA News) - Sabtu petang (25/4), sekitar 200 orang telah berkumpul untuk menyaksikan penampilan band Sore di auditorium IFI Jakarta.

Mereka adalah penonton yang beruntung mendapatkan kesempatan untuk melihat kebolehan Ade Firza Paloh (gitar, vokal), Awan Garnida (bass, vokal), Reza Dwi Putranto (gitar, vokal) dan  Bemby Gusti Pramudya (drum, vokal) menyajikan musik di panggung penuh keakraban.

Kapasitas tempat yang disediakan tidak sebanding dengan antusiasme penggemar band yang album pertamanya Centralismo dipuji Time Magazine Asia sebagai One of Five Asian Albums Worth Buying dan menduduki posisi ke-40 dari daftar 150 Album Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia.

Siapa cepat, dia dapat. Dalam waktu 84 menit, sebanyak 150 tiket Supersonik #2: Belajar untuk Riang – SORE Live at IFI Jakarta ludes terjual.

Selama sekitar dua jam, Sore menghangatkan suasana dengan membawakan lagu-lagu dari album Centralismo dan Ports of Lima juga beberapa lagu baru yang belum pernah ditampilkan dari album ketiga Los Skut LeBoys yang segera dirilis.

Para personil Sore yang tampil necis dengan setelan jas dan suspender membawakan belasan lagu mulai dari Bogor Biru, Ambang, Layu, Lihat, 1997 The Bullet Was Shy, Apatis Ria, Essensimo, Tatap Berkalam, dan Map Biru.

Band yang seluruh anggotanya memainkan instrumen mereka secara kidal (kecuali Bemby sang penggebuk drum yang memakai tangan kanan saat bermain gitar) juga memberikan secuplik kisah dari tiap lagu yang dibawakan.

Lagu 8 yang akan hadir di album baru mereka melambangkan simbol infinite, tak terbatas, yang menganalogikan bahwa manusia tak pernah lepas dari dosa, namun Tuhan selalu memberi pengampunan.

“Ini lagu pertama yang kami rekam,” kata Bemby sebelum berpindah posisi meninggalkan drumnya untuk mengambil alih gitar akustik seraya menyanyikan Etalase.

Usai Etalase, Bemby tidak segera kembali ke drum. Dia kembali bernyanyi, kali ini lagu Belajar Untuk Riang dari album Los Skut LeBoys yang rencananya akan dirilis dalam beberapa pekan mendatang.

Bemby menuturkan kisah di balik lagu tersebut.

Suatu hari, dia melihat seorang pengemis yang hanya memiliki satu kaki. Saat itu hujan turun dan si peminta-minta beringsut menepi dan menengadahkan wajah ke langit seraya tersenyum seakan menyambut rintik air.

Kejadian tersebut membekas di hati Bemby dan menginspirasinya dalam membuat lagu Belajar Untuk Riang.

Di pertengahan lagu, sesosok pria yang tidak asing lagi bergabung ke panggung, menemani Bemby menyanyi. Kehadiran Joko Anwar yang menyumbangkan suara dalam Belajar Untuk Riang disambut meriah oleh para penonton.

Kerja sama antara Joko Anwar dan Sore telah terjalin lama. Beberapa lagu Sore telah mengisi film-film Joko seperti Funk The Hole untuk film Janji Joni, Ada Musik di Dalam untuk Kala, Ernestito untuk film Quickie Express dan Nancy Bird serta Lullaby Blues dalam film thriller Pintu Terlarang.

“Lagu-lagu Sore telah menginspirasi film-film saya,” kata Joko sebelum meninggalkan panggung.

Lagu lawas Pergi Tanpa Pesan yang diracik ulang Sore untuk film Berbagi Suami karya Nia Dinata juga turut menyemarakkan suasana.  

Sebelum jarum jam menunjukkan pukul lima sore, lagu Setengah Lima dimainkan, dilanjutkan dengan Sssst… yang menjadi inspirasi film besutan Ria Irawan berjudul Gila dan Jiwa.

Karolina yang diramaikan koor penonton menutup sajian Sore petang itu.

Los Skut LeBoys

Sore sedang mempersiapkan album penuh ketiga bertajuk Los Skut LeBoys yang rencananya dirilis pada pertengahan Mei 2015. Ini merupakan album pertama setelah kepergian Ramondo Gascaro dari Sore.

Sore awalnya dibentuk oleh tiga sekawan sejak kecil, yaitu Ade Paloh, Mondo Gascaro, and Awan Garnida. Kebersamaan ketiganya berlanjut hingga beranjak dewasa dan sama-sama menempuh pendidikan di Amerika Serikat.

Awan pun membawa Bemby dan Reza sampai mereka membentuk band Sore. Mereka menelurkan album perdana Centralismo pada 2005, disusul Ports of Lima tiga tahun kemudian, serta album kompilasi Sorealist pada 2013.

Menurut Ade, album ketiga yang berisi 13 lagu itu akan menghadirkan sesuatu yang berbeda dari dua album terdahulu.

“Dulu kan gue sama Mondo yang racik, sekarang punya taste yang beda,” ujar Ade.

Los Skut LeBoys diproduseri oleh Bemby Gusty, Agus Permana (Adink) dan Sigit Pramudita yang dipastikan akan membawa nuansa berbeda dibandingkan dua album terdahulu.

“Bisa lebih nggak ngejelimet dari yang kaya dulu,” tutur dia.

Sore kali ini juga menggaet beberapa orang untuk berkolaborasi, seperti sutradara Joko Anwar, Ricky Virgana dari band White Shoes and The Couples Company, Aimee Saras dan Monic Pandai Besi.

Beberapa waktu sebelumnya, Sore sempat mengeluarkan 500 versi kaset Los Skut LeBoys yang berisi empat lagu, There Goes, Belajar Untuk Riang, 8, dan Para Plesirs.

Bagi Sore, berkarya lewat label indie atau mayor bergantung pada kenyamanan mereka untuk berkarya.

“Kami masih mau di tempat yang nyaman saja, mau indie atau mayor atau apa yang penting nyaman buat Sore. Nggak mau maksa ganti musik, tapi yang penting kitanya merasa nyaman dulu,” tutur dia.

“Kami silaturahmi saja, banyak network ke mana-mana, silaturahmi sama orang-orang. Yang penting jujur saat bermusik, main musik ya untuk kita sendiri,” imbuh dia.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015