Samarinda (ANTARA News) - Banjir merendam sejumlah ruas jalan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, akibat hujan deras sejak Sabtu (25/4) malam hingga Minggu dini hari.

Banjir terparah berlangsung di kawasan Sempaja, tepatnya di sepanjang Jalan KH Wahid Hasyim dengan ketinggian air di atas 80 centimeter.

"Sejak Minggu pagi, genangan air terus naik dan hingga siang, banjir semakin parah. Banyak kendaraan, khususnya roda dua mogok akibat pengendara nekad menerobos genangan air," ungkap salah seorang warga Samarinda, Adi, Minggu sore.

Selain di kawasan Sempaja atau Simpang Empat Jalan KH Wahid Hasim dengan Jalan PM. Noor dan Jalan AW Sjahranie, genangan air dengan ketinggian mencapai 70 hingga 90 centimeter juga berlangsung di Jalan Kesejahteraan.

Banjir yang melanda Jalan Kesejahteraan hingga ke Jalan Kemakmuran tersebut, menyebabkan jalur Samarinda ke arah Kota Bontang terganggu.

"Banyak kendaraan yang hendak menuju ke arah tidak bisa melintasi itu, sehingga terjadi kemacetan panjang hingga di Jalan PM Noor dan Jalan Kemakmuran," ujar warga Samarinda lainnya, Muhammad Ali.

Banjir dengan genangan air cukup parah juga berlangsung di Jalan Pangeran Antasari, Jalan Pengeran Suryanata serta di Jalan Kadrie Oening.

Ketinggian air di kawasan tersebut rata-rata mencapai 50 centimeter hingga 80 centimeter.

Selain jalan protokol, sejumlah kawasan perumahan seperti Perumahan Bengkuring, kawasan Jalan Pemuda, Jalan Sentosa serta Jalan Lambung Mangkurat dan Jalan Gerilya ikut tergenang dengan ketinggian air sekitar 50 centimeter.

"Sejak Minggu dini hari, rumah-rumah warga di Perumahan Bengkuring hingga kawasan Gunung Lingai terendam. Warga khawatir jika hujan deras kembali terjadi genangan air akan terus bertambah tinggi," ujar warga Sempaja, Rahman.

Dari pantauan hingga Minggu malam, genangan air dengan ketinggian 40 centimeter hingga 70 centimeter terlihat masih berlangsung di sepanjang Jalan Cendrawasih, Jalan Lambung Mangkurat hingga Jalan Sentosa.

Akibat genangan air tersebut, ratusan kendaraan baik roda dua mapun roda empat terjebak macet dan sebagian terpaksa berbalik arah untuk menghindari banjir.

Banjir di kawasan itu dimanfaatkan warga dengan menjadi "Pak Ogah" atau pengatur lalu lintas dadakan, sambil meminta uang kepada sejumlah pengendara.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Temindung, Sutrisno, mengingatkan warga Samarinda agar tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir akibat kawasan itu memasuki puncak musim hujan.

"Puncak musim hujan di wilayah Kota Samarinda berlangsung selama dua kali yakni, pada Desember hingga Januari dan awal Mei. Jadi, menjelang Mei 2015, kami meminta warga agar tetap mewasadai terjadinya banjir sebab kemungkinan curah hujan tinggi bisa saja terjadi," ungkap Sutrisno.

Pewarta: Amirullah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015