Jakarta (ANTARA News) - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan konsumen Indonesia belum banyak mendapat informasi produk dari produsen.

"Konsumen berhak mendapatkan informasi tentang suatu produk, tapi masalahnya di Indonesia masih terjadi asimetri informasi. Padahal konsumen bisa menjadi pelaku pasar yang bertanggungjawab seandainya terinformasi dengan baik akan produk yang dikonsumsinya," kata  Ketua Pengurus Harian YLKI, Sudaryatmo dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Informasi produk yang dimaksud adalah terkait asal-usul produk, kandungan produk, proses produksi dan risiko  dari produk jika dikonsumsi.

Asimetri informasi, menurut Sudaryatmo, akan lebih banyak menguntungkan produsen. "Contohnya adalah produk perbankan seperti kartu kredit, banyak konsumen yang tidak tahu cara menghitung bunga dan lain-lain," kata Sudaryatmo.

Sudaryatmo mengatakan, pemerintah sebagai regulator memiliki tanggung jawab untuk menyeimbangkan informasi antara konsumen dan produsen.

"Informasi produk bisa disampaikan dalam kemasan, contohnya kalau di Jepang kemasan sudah memuat informasi untuk para tunanetra, jadi kalau kemasan kaleng yang ada lekukannya isinya susu, atau kemasan shampoo diberi tanda garis dua," katanya.

Kemasan produk di Indonesia, kata Sudaryatmo, belum dimanfaatkan dengan baik untuk menyampaikan informasi tentang produk, bahkan belum ada standar penggunaan huruf dan numerik.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015