Persiapan matang yang kami lakukan selama ini menjadi sia-sia, apalagi kepastian kapan kompetisi LSI digulirkan kembali juga tidak jelas
Malang (ANTARA News) - Pelatih Arema Cronus Indonesia Malang, Jawa Timur, Suharno menyatakan persiapan tim yang sudah matang dan siap melakoni kompetisi akhirnya menjadi sia-sia setelah dihentikannya Liga Super Indonesia (LSI), meski hanya bersifat sementara.

"Persiapan matang yang kami lakukan selama ini menjadi sia-sia, apalagi kepastian kapan kompetisi LSI digulirkan kembali juga tidak jelas. Sekarang kami hanya tinggal menunggu kabar baik dari manajemen saja, kami pasrah dengan kondisi kompetisi sekarang ini," ujar Suharno di Malang, Rabu.

Status kompetisi yang dihentikan sementara, katanya, membuat ia dan pemain menjadi tidak nyaman, bahkan kehilangan harapan untuk menggelar latihan lagi dalam waktu dekat ini, sebab pelatih baru bisa berlatih kembali jika ada perintah dari manajemen akibat ketidakjelasan dan ketidakpastian berlangsungnya kompetisi tahun ini.

Menurut Suharno, kondisi dan situasi saat ini sama dengan kondisi ketika libur panjang setelah kompetisi berakhir, namun sekarang kompetisi baru bergulir dan masih menyisakan banyak pertandingan. Persiapan yang sudah disusun sejak akhir tahun 2014 menjadi sia-sia.

Sebab, lanjutnya, untuk melanjutkan kompetisi jika digulirkan kembali, tim harus dibangun sejak awal atau mulai dari nol lagi, baik secara fisik, mental maupun kebersamaannya. Kondisi mental dan fisik pemain saat ini benar-benar drop akibat dihentikannya kompetisi LSI maupun Divisi Utama.

Menyikapi dihentikannya kompetisi LSI untuk sementara itu, Media Officer Arema, Sudarmaji mengatakan setelah kembali dari Jakarta, Selasa (28/4), manajemen berencana melakukan sosialisasi kepada pelatih dan pemain. "Kami akan melakukan konsolidasi dulu secara internal, baru mengagendakan sosialisasi," ujarnya.

Sudarmaji mengatakan karena kompetisi dihentikan, untuk saat ini pemain diliburkan, namun sampai kapan belum ada kepastian. Oleh karena itu, manajemen masih terus memantau perkembangan ke depan. Manajemen akan menunggu kepastian kelanjutan kompetisi, termasuk menunggu keputusan Menpora mencabut larangan bermain.

Dengan kondisi seperti sekarang, lanjutnya, manajemen hanya bisa menunggu, sementara beban klub terus meningkat. "Kami berharap secepatnya ada perubahan dan kompetisi digulirkan kembali," ujarnya.

Sementara CEO Arema, Iwan Budianto, mengaku prihatin dengan penghentian sementara kompetisi LSI, sebab penghentian sementara kompetisi kasta teratas liga sepak bola Indonesia itu tentu berimbas pada kondisi pemain, baik fisik maupun mentalnya, bahkan secara finansial karena rata-rata para pemain menggantungkan nasibnya dari bermain bola.

Jika tidak ada pertandingan, kata Iwan, otomatis pemain tidak akan mendapatkan uang pertandingan plus bonus kemenangan yang selalu diberikan manajemen. Melihat kondisi ini, manajemen sedang merumuskan bagaimana mengatasi masalah yang timbul akibat penundaan yang tidak jelas ini.

Sedangkan kerugian finansial yang ditanggung manajemen, ujarnya, juga cukup besar karena pasokan dana dari sponsor terpaksa harus tertunda pembayarannya. Padahal, untuk operasional tim sehari-hari dibutuhkan biaya yang jumlahnya cukup signifikan.

"Meski sponsor menunda pembayaran, manajemen tetap harus mengeluarkan uang untuk operasional yang nilainya cukup besar. Sejak ditundanya kompetisi Februari lalu hingga sekarang, kerugian Arema hampir mencapai Rp5 miliar, termasuk penundaan pembayaran dari sponsor," kata Iwan.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015