Surabaya (ANTARA News) - Tarif kereta api (KA) memicu inflasi Jawa Timur sebesar 0,39 persen selama April 2015 seiring kebijakan pemerintah menaikkan 10 persen terhadap penetapan harga tiket armada tersebut yang berlaku sejak bulan keempat tahun ini.

"Apalagi, permintaan pasar transportasi darat terutama kereta api di Jatim merupakan terbesar kedua setelah Jakarta. Dengan begitu, otomatis kenaikan tarif KA sangat berpengaruh terhadap terjadinya inflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, M Sairi Hasbullah, di Surabaya, Senin.

Selain itu, ungkap dia, inflasi Jawa Timur yang melebihi inflasi nasional sebesar 0,36 persen ikut disebabkan diterapkannya kebijakan pemerintah yang lain. Salah satunya, menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) per 28 Maret 2015.

"Meski demikian, pada April 2015 semua kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim mengalami inflasi," ujarnya.

Posisi inflasi tertinggi selama April 2015, jelas dia, di Kota Malang dengan pencapaian 0,49 persen dan dikarenakan di daerah itu ada jalur KA yang trafiknya padat. Inflasi tertingi kedua di Kota Surabaya 0,41 persen, disusul Madiun 0,39 persen, Kabupaten Banyuwangi, dan Kota Probolinggo masing-masing 0,36 persen.

"Lalu, inflasi Kota Kediri 0,31 persen, dan Kabupaten Jember 0,17 persen. Sementara, inflasi terendah terjadi di Kabupaten Sumenep 0,05 persen karena di kota tersebut tidak ada jalur KA," katanya.

Di sisi lain, tambah dia, dari tujuh kelompok pengeluaran maka lima kelompok pengeluaran di antaranya mengalami inflasi. Misalnya, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 2,47 persen. Berikutnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,51 persen.

"Kemudian, kelompok kesehatan 0,42 persen, kelompok sandang 0,24 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,14 persen," katanya.

Namun, sebut dia, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi antara lain kelompok bahan makanan 0,93 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,01 persen. Hal itu karena terjadi penurunan harga selama April 2015 dibandingkan Maret lalu.

"Mengenai komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di antaranya kenaikan harga bensin, tarif kereta api (KA), angkutan dalam kota, bawang merah, tomat sayur, bawang putih, gula pasir, nangka muda, bahan bakar rumah tangga, dan solar," katanya.

Akan tetapi, kata dia, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi di antaranya penurunan harga beras, batu bata, tarif listrik, cabai rawit, telepon seluler, kentang, minyak goreng, daging sapi, apel, dan udang basah. Dari enam ibu kota provinsi di Pulau Jawa, semua kota mengalami inflasi dan pencapaian tertinggi terjadi di kota Serang 0,94 persen.

"Lalu diikuti Bandung 0,43 persen, Surabaya 0,41 persen, Yogyakarta 0,38 persen, dan Jakarta 0,27 persen sedangkan inflasi terendah terjadi di Semarang 0,17 persen," katanya.

Terkait laju inflasi Jatim, lanjut dia, pada tahun kalender (Desember 2014-April 2015) mencapai 0,37 persen. Inflasi year-on-year (April 2015 terhadap April 2014) Jatim 6,48 persen atau lebih rendah dibandingkan inflasi year-on-year bulan April 2014 sebesar 6,75 persen.

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015