Jakarta (ANTARA News) - Model proyeksi iklim baru menunjukkan bahwa semakin besar karbon dioksida atmosfer meningkatkan suhu permukaan air laut, semakin suram masa depan terumbu karang tropis.

Laporan proyeksi iklim tim peneliti pimpinan ilmuwan dari Cornell University, Amerika Serikat, di jurnal Nature Climate Change edisi 4 Mei menyebutkan kondisi itu tampaknya meningkatkan frekuensi dan keparahan wabah penyakit karang.

"Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan angka kejadian dan keparahan penyakit karang di masa depan akan menjadi penyebab penurunan dan perubahan komposisi terumbu karang, dan setidaknya pemicu terbesar pemutihan karang," kata Jeffrey Maynard, peneliti ekologi dan biologi evolusioner sekaligus penulis utama laporan berjudul "Proyeksi Kondisi Iklim Yang Meningkatkan Kerentanan dan Virulensi Patogen."

Kondisi yang lebih hangat meningkatkan kerentanan karang terhadap patogen penyebab penyakit serta meningkatkan kelimpahan dan virulensi patogen.

Padahal  pelestarian terumbu karang sangat penting untuk menjaga keanekaragaman hayati samudra dan kehidupan 500 juta orang yang bergantung pada terumbu karang.

Terumbu karang juga berperan penting dalam ekonomi global karena menurut perkiraan Badan Atmoster dan Kelautan Amerika Serikat (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) sistem terumbu karang dunia menghasilkan sampai 30 miliar dolar AS setiap tahun.


Peta Risiko

Para ilmuwan meneliti tekanan iklim dan faktor lain seperti aktivitas manusia, polusi, sedimentasi karena pembangunan pesisir, dan penangkapan ikan berlebihan untuk membuat peta global risiko penyakit terumbu karang.
 
Pengelola terumbu karang dan pembuat kebijakan bisa menggunakan peta itu untuk mengambil tindakan guna mengurangi tekanan pada terumbu karang dan menguji pendekatan untuk menurunkan dampak penyakit karang.

"Ini upaya pertama untuk memproyeksikan efek keselarasan antara iklim dan tekanan terkait kegiatan manusia pada risiko penyakit karang," kata penulis hasil studi itu, Drew Harvell, profesor ekologi dan biologi evolusioner dari Cornell.

Para ilmuwan mengatakan selama ini dampak penyakit karang dan komposisi terumbu karang kurang mendapat perhatian. Padahal di banyak daerah penyakit menyebabkan kematian dan pemutihan karang.

Maynard dan ilmuwan yang lain menyarankan penerapan sistem peringatan dalam rencana respons untuk membantu pelestari dan pengelola terumbu karang menekan dampak penyakit karang.

"Untuk membangun sistem peringatan ini, ada kebutuhan vital untuk memperluas perangkat yang saat ini masih terbatas untuk meramalkan wabah penyakit karang," kata Maynard seperti dikutip dari laman kantor hubungan media Cornell University.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015