Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah sebesar 48 poin menjadi Rp13.036 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.988 per dolar AS.

"Rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS menyusul masih adanya perdebatan mengenai kenaikan suku bunga oleh the Fed," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.

Menurut Ariston, belum adanya kepastian mengenai kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) akan membuat laju mata uang rupiah cenderung bergerak konsolidasi dengan peluang pelemahan.

Ia menambahkan bahwa faktor perlambatan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 menambah sentimen negatif bagi laju rupiah. Diharapkan pertumbuhan di negara-negara mitra dagang seperti Tiongkok mengalami perbaikan sehingga membantu perekonomian Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan I-2015 tumbuh 4,71 persen secara tahunan (yoy) atau turun 0,18 secara kuartal (qtq).

Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan bahwa pelemahan rupiah masih tertahan oleh masih optimisnya sebagian pelaku pasar uang terhadap perekonomian Indonesia mendatang.

"Adanya ekspektasi sebagian pelaku pasar terhadap pemerintah yang akan maksimal menyerap anggaran pada kuartal II tahun ini akan menopang mata uang rupiah," kata Rully.

Menurut dia, belanja pemerintah yang maksimal terutama dalam mendorong pembangunan infrastruktur akan menopang ekonomi Indonesia menjadi lebih baik ke depannya, yang pada akhirnya menopang mata uang rupiah.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa (5/5) tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.993 dibandingkan hari sebelumnya, Senin (4/5) di posisi Rp13.021 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015