... menjadi penanda kegagalan kita dalam melindungi warga sipil tak-bersalah."
Jenewa (ANTARA News) - Konflik dan kekerasan di sejumlah tempat, seperti Suriah dan Ukraina, membuat 38 juta orang menjadi pengungsi di negeri sendiri, demikian laporan Internal Displacement Monitoring Centre (IDMC), Rabu.

Sepertiga di antara mereka, sekira 11 juta atau setara dengan penduduk Jakarta, kehilangan rumah sepanjang 2014, atau 30.000 pengungsi baru terus bertambah setiap harinya akibat konflik.

"Ini adalah angka terburuk terkait pengungsi paksa dalam satu generasi terakhir dan menjadi penanda kegagalan kita dalam melindungi warga sipil tak-bersalah," kata Jan Egeland, kepala Dewan Pengungsi Norwegia yang mendanai IDMC.

Pengungsi di negerinya sendiri oleh masyarakat internasional disebut internally displaced people (IDPs), sehingga mereka berbeda dengan para pencari suaka yang mengungsi atau mencari perlindungan ke negara lain, catat kantor berita AFP.

Menurut perhitungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah total pencari suaka di dunia adalah 16,7 juta pada 2013. Dengan demikian jumlah total pengungsi, baik IDPs maupun pencari suara, sudah lebih dari 50 juta.

Jumlah IDPs saat ini sudah dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan pencari suara, jauh berbeda dari beberapa puluh tahun lalu di mana dua kategori tersebut masih seimbang, kata Egeland.

"Salah satu alasan utama kenapa jumlah IDPs terus naik adalah karena banyak negara mulai menutup perbatasannya," ujar Egeland kepada AFP.

Selain itu, menurut dia, masyarakat internasional kini "tidak berniat melindungi kaum yang lemah dan tak bersalah."

Pada tahun lalu, IMDC melacak jumlah pengungsi internal di 60 negara. Lembaga itu menemukan bahwa sebagian besar IDPs berada di irak, Sudan Selatan, Suriah, Republik Demokratik Kongo, dan Nigeria.

Warga Irak menjadi korban paling besar karena tercatat 2,2 juta orang terpaksa kehilangan rumah yang berada di wilayah yang dikuasai oleh kelompok yang menyebut diri Daulah Islam, yang kemudian dikenal sebagai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

IDMC juga mencatat, komunitas Eropa untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun terakhir dipaksa untuk menyaksikan arus pengungsian besar di Ukraina, di mana 646.500 orang terpaksa mengungsi di negari sendiri pada 2014 lalu akibat konflik antara gerilyawan pro-Rusia dengan pasukan pemerintah.

Egeland mengatakan, jumlah tersebut hampir naik dua kali lipat sejak awal tahun 2015 sehingga jumlah total IDPs di Ukraina saat ini mencapai lebih dari 1,2 juta orang.

Selain itu, ia menambahkan, tidak semua orang mengungsi akibat konflik, danlebih dari setengah juta orang kehilangan rumah di Afrika Tengah pada tahun lalu untuk melarikan diri dari penjahat.
(Uu.G005)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015