Dalam contoh lain, militansi kita baru muncul setelah Al Quran dibuang,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay menilai militansi Muslim cenderung muncul saat simbol-simbol keagamaannya dilecehkan, seperti peristiwa terkini kontes menggambar kartun Nabi Muhammad yang berujung ditembaknya dua penyusup bersenjata di Texas, Amerika Serikat.

"Dalam contoh lain, militansi kita baru muncul setelah Al Quran dibuang," kata Saleh saat menghadiri Milad ke-18 Bayt Alquran dan Museum Istiqlal di area Taman Mini, Jakarta, Rabu.

Saleh juga mengingatkan agar umat Islam tidak terpengaruh tindakan provokatif dari pihak lain dan meresponnya dengan tindakan radikal. Dengan kata lain, protes bisa dilakukan dengan jalur dialog.

Lebih lanjut, politisi PAN itu meminta umat Islam terus menghidupkan nilai-nilai ke-Islaman seperti menghidupkan budaya mencintai Al Quran sekaligus mengamalkannya. Artinya, jangan hanya muncul sisi religiusitasnya saat diprovokasi saja tapi ber-Islam secara utuh dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan penyelenggaraan kontes kartun Nabi Muhammad sebagai bentuk aktivitas yang bertentangan dengan nilai-nilai toleransi antarumat beragama.

"Ini merupakan bukti bahwa masyarakat Amerika Serikat bahkan sebagian Barat, belum mampu belajar merawat toleransi antarumat beragama. Kebebasan yang selalu menjadi kata kunci demokrasi seringkali mengabaikan etika menjaga rasa dan perasaan antarumat beragama. Tidak ada kebebasan yang diisi dengan hinaan dan kealpaan memahami nilai yang dipahami masyarakat," kata dia.

Jadi, kata Dahnil, perilaku-perilaku penghinaan yang berulang terjadi di AS dan Eropa seharusnya memicu umat Islam agar lebih banyak memberikan pembelajaran kepada mereka cara bertoleransi, memaknai kebebasan serta demokrasi.

Sebelumnya, lomba menggambar kartun Nabi Muhammad SAW diselenggarakan oleh American Freedom Defense Initiative. Organisasi tersebut secara aktif terus menyebarkan kebencian terhadap Muslim di Amerika Serikat.

Acara tersebut dihadiri oleh politisi Belanda anti-Muslim, Geert Wilders, yang sempat membuat film dokumenter provokatif "Fitna". Karya audio-visual "Fitna" juga sempat memicu protes umat Muslim sedunia beberapa waktu yang lalu karena isi dokomenter itu memojokkan Islam dan mencitrakannya sebagai agama beraliran kekerasan.

Presiden American Freedom Defense Initiative, Pamela Geller, mengatakan kegiatan kontes kartun itu merupakan respons dari insiden berdarah Charlie Hebdo di Prancis. Geller mengatakan kompetisi itu merupakan ekspresi kebebasan berpendapat.

Kontes menggambar kartun Nabi Muhammad sendiri dihentikan dengan alasan keamanan setelah terjadi penyerangan oleh dua penyusup bersenjata yang akhirnya dilumpuhkan oleh otoritas keamanan setempat.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015