Jakarta (ANTARA News) - Kejuaraan dunia bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman 2015 akan digulirkan di Dongguan, Tiongkok, pada 10-17 Mei 2015, dan berdasarkan undian Badminton World Federation (BWF), Indonesia berada pada Grup 1 C bersama Denmark dan Inggris.

Tiongkok yang sudah sembilan kali merebut Piala yang mengabadikan nama tokoh bulutangkis dunia asal Indonesia itu berada di Grup 1-A bersama Thailand dan Jerman, sedangkan Jepang, Taiwan dan Amerika Serikat bergabung di Grup 1-B, sementara Grup 1-D dihuni Korea Selatan, India dan Malaysia.

Lalu bagaimana peluang Indonesia dalam kejuaraan yang sudah ke-14 kalinya digelar itu? Sebagai penggagas, Indonesia memang baru pertama kali menjuarai Piala Sudirman pada perhelatan perdana 1989 di Jakarta.

Pada waktu itu, Indonesia pada final menang secara dramatis atas Korsel dengan skor tipis 3-2. Masih segar dalam ingatan kita, Susi Susanti menjadi penentu dan kunci kemenangan Indonesia dalam partai puncak itu.

Susi yang mulai menggeliat di tengah dominasinya pebulutangkis putri Tiongkok seperti Ling Ling Wei dan Han Aiping itu, pada final saat lawan Korsel menjadi pahlawan kemenangan tim Merah Putih. Susi menang atas Lee Young-suk melalui pertarungan dramatis (kala itu masih menggunakan skor lama 11).

Kini dengan mayoritas pemain-pemain muda khususnya sektor tunggal yang kemudian dikombinasikan dengan pemain senior pada sektor ganda, Indonesia memang harus berjuang berat untuk mengulangi sukses 1989.

Namun dengan format dua tunggal (putra-putri) dan tiga ganda (putra-putri-campuran). diakui atau tidak, kekuatan Indonesia bertumpu pada tiga sektor ganda.

Pada sektor ganda ini, Indonesia punya kartu truf untuk mendulang angka kemenangan seperti di ganda putra ada pasangan senior Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang didukung ganda muda yang prestasinya sedang menanjak, Angga Pratama/Ricky Karanda.

Kemudian pada ganda putri kita punya andalan pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Mahaswari, peraih medali emas Asian Games 2014. Begitu juga pada ganda campuran, ada pasangan yang kemampuannya tak perlu diragukan lagi, Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad.

Dengan tidak bermaksud meremehkan kekuatan di sektor tunggal putra-putri, nomor ganda menjadi kunci bagi Indonesia untuk meraih angka kemenangan.

Manajer tim Piala Sudirman 2015 Rexy Maniaki mengatakan target untuk mengambil poin masih diandalkan dari sektor ganda, namun skuat muda pun harus menjadi pendukung melalui penampilan terbaiknya.

"Target untuk mencapai putaran final bagi saya realistis. Tugas atlet-atlet senior untuk mengambil poin. Sedangkan, atlet-atlet yang muda dapat menampilkan pertandingan yang terbaik. Kami dukung mereka sepenuhnya," kata Rexy.

Namun sebelum melangkah jauh ke depan, persaingan di grup tak bisa dianggap remeh. Denmark khususnya menjadi ancaman serius bagi Indonesia.

Jika ingin menghindari pertemuan dengan dua kekuatan besar, Tingkok dan Korsel di semifinal, Indonesia dituntut menjadi juara grup. Itu artinya, Hendra Setiawan dan kawan-kawan harus mengalahkan Denmark di penyisihan grup.

Namun khabar menggembirakan bagi Indonesia, jelang Piala Sudirman 2015 ini, Denmark dilanda masalah setelah pada 17 April lalu tim Eropa itu mencoret lima pemain inti dan memastikan diri tak akan membawa kelimanya ke Dongguan China.

Badminton Danmark kini tengah mengalami masalah dan bersitegang dengan Kamilla Rytter Juhl, Christina Pedersen, Joachim Fischer Nielsen, Mathias Boe dan Carsten Mogensen. Hal ini membuat Denmark dipastikan akan kehilangan pilar di ganda putra, ganda putri dan ganda campuran.

Kondisi itu kemudian diperburuk dengan absennya pasangan Mathias Boe/Carsten Mogensen yang menjadi lawan berat ganda utama Indonesia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Pada nomor ganda campuran, setelah Christinna Pedersen dan Joachim Fischer Nielsen, Denmark juga harus kehilangan pasangan Mads Pieler Kolding yang sebelumnya berpasangan dengan Kamilla Rytter Juhl. Denmark sendiri masih punya ganda campuran muda yakni Sara Thygesen serta Niclas Nohr.

Jika memang Denmark benar-benar tampil pada Piala Sudirman 2015 tanpa pemain utamanya, peluang Indonesia untuk menjuarai grup 1-C lebih mudah.

Sementara Inggris yang hampir dalam kurun waktu 10 tahun ini prestasinya sedang menurun, dipastikan akan mudah diatasi tim Indonesia.

"Lawan Denmark nantinya, di tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran kita mempunyai peluang. Hanya di tunggal putra mungkin masih agak sulit. Tinggal bagaimana kita menganalisis dan membaca kekuatan lawan. Inggris juga akan tampil tanpa beban sebagai underdog. Tapi secara umum hasil undian cukup baik dibanding dua tahun lalu," kata Rexy.

"Target kita bisa sampai babak final, tapi sekarang fokus dulu step by step. Kalau kita berhasil menjadi juara grup, kita tinggal menunggu lawan yang nanti akan diundi lagi. Paling tidak kita sudah bisa terhindar dari negara-negara kuat seperti China, Korea, dan Jepang," tambahnya.

Dengan melihat kekuatan tim yang berlaga pada Piala Sudirman 2015, tuan rumah Tiongkok dan Korsel adalah faforit juara. Keduanya sama-sama memiliki pemain dengan kualitas dunia baik pada tunggal maupun ganda.

Indonesia yang bertekad merebut kembali Piala Sudirman sejak lepas pada 1991 di Kopenhagen, Denmark, tentu sudah harus meracik strategi dan taktik jitu jika lolos ke semifinal dan final. Yang pasti, Tiongkok dan Korsel menjadi lawan baik jika kita lolos ke semifinal maupun final.

Menghadapi Tiongkok, jelas kita berat mengharapkan angka kemenangan dari sektor tunggal. Sementara pada ganda, kekuatan Tiongkok dan Indonesia relatif berimbang. Artinya tak ada yang dominan karena fakta membuktikan selama pertemuan mereka di ajang internasional saling mengalahkan.

Sementara kekuatan Korsel juga hampir sama dengan Indonesia yang mengandalkan sektor ganda. Duet Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan punya rekor kemenangan yang masih kalah dengan ganda utama Lee Young-Dae/Yoo Yeong-seong.

Meski kekuatan pada sektor tunggal tak dominan dibanding Korsel, Indonesia justru harus mencuri kemenangan dalam dua nomor ini. Kesempatan mendulang angka kemenangan ada di sektor tunggal putra-putri.

Bukan hanya PBSI, seluruh masyarakat Indonesia pun mempunyai harapan sama, merebut kembali Piala Sudirman. 26 tahun rasanya waktu cukup lama untuk menunggu, kini saatnya Indonesia merebut kembali Piala Sudirman yang disejajarkan dengan Piala Thomas (beregu putra) dan Piala Uber (beregu putri).




Oleh Aris Budiman
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015