Jakarta (ANTARA News) - Akademisi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dr Sahabuddin MA menyarankan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk lebih banyak berdialog dengan ulama karismatik di setiap daerah guna mencegah semakin meluasnya paham Islam radikal.

"Saya kira BNPT dan kepolisian sudah harus lebih banyak melaksanakan dialog dengan ulama-ulama karismatik di tiap-tiap daerah, karena ulama-ulama itu bisa didengar oleh masyarakat," kata Sahabuddin di Jakarta, Kamis.

Selain itu, kata dosen Fakultas Dirasat Islamiyah itu, perlu diterbitkan buku tentang pemahaman Islam yang benar untuk disebar ke masyarakat.

"Masyarakat awam biasanya memiliki semangat Islam kuat sekali, tetapi mereka tidak tahu tentang pemahaman jihad secara mendalam," kata pria yang menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (S1) hingga S3 di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir tersebut.

Pendapat senada dikemukakan Direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) Dr Hamid Fahmi Zarkasy, MA Ed.

Menurut dia, ancaman paham radikalisme, terutama dari penyebaran propaganda Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), bisa dicegah dengan menyebarkan pengetahuan makna agama Islam yang benar.

"Radikalisme itu terjadi karena masih ada pemahaman agama Islam yang kurang dari sebagian orang," katanya.

Ia mencontohkan tentang perintah jihad yang memiliki banyak makna namun hanya dipahami sebagai perintah untuk mengangkat senjata.

"Sikap-sikap seperti inilah yang harus diluruskan, karena Islam itu adalah agama yang menyeluruh. Tidak bisa hanya menekankan yang satu lalu meninggalkan yang lain," katanya.

Untuk itu, pendidikan tentang pemahaman Islam yang benar harus diperbanyak. terutama bagi aktivis mahasiswa, pelajar, dan organisasi kemasyarakatn (ormas), sehingga mereka bisa memahami Islam komprehensif sebagai agama ilmu pengetahuan, bukan agama kekerasan.

"Penekanan itu perlu disebarkan ke masyarakat karena saat ini masyarakat kita lemah dalam ilmu pengetahuan, khususnya agama, sehingga mereka lebih mengedepankan okol (otot) dibandingkan dengan akal," katanya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015