Islamabad (ANTARA News) - Militer Pakistan telah membawa jenazah dua duta besar dan dua istri duta besar ke Islamabad, Sabtu, atau sehari setelah mereka meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter di wilayah pegunungan utara saat keempatnya sedang menginspeksi sebuah proyek pariwisata.

Duta Besar Norwegia dan Filipina, dan istri duta besar Indonesia dan Malaysia tewas ketika helikopter yang mereka tumpangi itu jatuh di wilayah Gilgit.

Tiga awak helikopter asal Pakistan juga tewas, sedangkan beberapa diplomat lainnya cedera ketika helikopter Mi-17 jatuh menimpa sebuah sekolah di lembah hutan pinus yang terhalang pegunungan berpuncak salju. Tidak ada satu pun murid sekolah saat kecelakaan itu terjadi.

Pemerintah mengatakan helikopter itu mengalami kerusakan mesin sehingga menepis klaim Taliban Pakistan yang mengaku menembak jatuh helikopter itu.

Perdana Menteri Nawaz Sharif juga tengah dalam perjalanan untuk meresmikan sebuah resort ski dan berada di helikopter berbeda ketika kecelakaan itu terjadi.

Tentara Pakistan membentuk barisan kehormatan saat menerima peti jenazah yang dibungkus bendera nasional dan lalu dibawa tentara dari dalam pesawat yang membawa jenazah-jenazah itu dari utara Pakistan. Seremoni ini disiarkan langsung oleh televisi setempat.

Para diplomat yang mengenakan pakaian hitam dan para petinggi militer, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Raheel Sharif, turut dalam seremoni ini dan para panglima menyampaikan hormat militer begitu peti jenazah di bawa. Sharif memeluk seorang bocah laki-laki yang menangis di antara para diplomat.

Pakistan mengumumkan sehari berkabung dan Sharif memerintahkan para menteri untuk mengantarkan jenazah keempat korban asing ke negaranya masing-masing.

Pemerintah menyebutkan 17 orang berada di helikopter itu, dan di antara yang terluka adalah Duta Besar Polandia dan Belanda.

Gilgit, sekitar 250 km dari arah utara Islamabad, bukanlah basis militan, namun Taliban kerap mengklaim bertanggung jawab atas segala insiden yang tidak ada kaitannya dengan mereka.

Para saksi di lapangan dan yang berada di helikopter lainnya, mengaku tidak melihat satu pun indikasi adanya tembakan.

"Ini mungkin lebih merupakan pernyataan putus asa dari mereka untuk menarik perhatian media internasional, ketimbang pernyataan benar-benar bertanggung jawab," kata profesor hubungan internasional Universitas Boston dan pakar Pakistan Adil Najam merujuk klaim Taliban itu.

Mi-17 dianggap sebagai helikopter andal yang dibuat Rusia untuk digunakan pada kondisi panas dan tinggi seperti Asia.

Militer Pakistan sangat mengandalkan helikopter ini kendati media melaporkan empat kecelakaan Mi-17 lainnya terjadi di Pakistan dalam 11 tahun terakhir.

Sebuah tim militer sedang menyelidiki kecelakaan ini, demikian Reuters.





Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015