Mogadishu (ANTARA News) - Shariifo Mohamed, ibu dua anak, telah menjadi pembersih jalan sejak ibunya meninggal enam tahun lalu --ketika satu ranjau darat meledak di bawah jalanan dan menewaskan ibunya bersama puluhan perempuan lain di Mogadishu Selatan.

Shariifo meneruskan pekerjaan ibunya dengan imbalan dua dolar AS per hari agar bisa membantu dia merawat keluarganya.

"Saya adalah yang paling tua dalam keluarga saya dan ayah saya telah meninggal lebih dulu daripada ibu saya, jadi saya harus mengisi jurang dan memberi makan anggota lain keluarga saya termasuk suami saya, yang pengangguran," kata wanita itu dalam wawancara belum lama ini dengan Xinhua.

Para ibu Somalia bergabung dengan perempuan lain di seluruh dunia pada Minggu (10/5) untuk memperingati Hari Ibu Internasional, di tengah perjuangan untuk membesarkan anak mereka tanpa bantuan akibat konflik di negara Tanduk Afrika itu.

Perempuan dan anak-anak telah hidup dalam kondisi paling berat selama lebih dari dua dasawarsa akibat pertempuran antar-faksi.

Kemarau dan konflik telah mengakibatkan gagal panen berulangkali, hewan ternak berkurang drastis, naiknya harga pangan, memburuknya daya beli masyarakat, terkikisnya mekanisme untuk mengatasi masalah dan kondisi darurat abadi, demikian laporan Xinhua. Dan para ibu memikul beban sebab mereka adalah kelompok yang paling miskin dan rentan.

Kaum pria Somalia dulu biasa menjadi pencari nafkah keluarga, tapi sejak ambruknya pemerintah sentral yang efektif selama lebih dari dua dasawarsa lalu, perempuan menggantikan kaum pria sebagai pencari nafkah akibat kondisi tak aman yang memaksa sebagian besar suami mereka untuk tetap berada di dalam rumah.

Sejak itu, kaum perempuan adalah pemberi perawatan buat keluarga mereka. Sebagian dari mereka menjadi pedagang pinggir jalan, yang lain menjual teh, jus atau makanan, sedangkan sebagian lagi menjadi pembantu rumah tangga, cuma untuk berjuang agar bisa menyediakan makanan di meja dan sebagai akibat dari penderitaan diperkosa atau dirampok.

Tahun lalu, Shariifo Mohamed selama dari satu ledakan, sama seperti ledakan yang menewaskan ibunya ketika satu bom besar pinggir jalan meledak di dekat tumpukan sampah yang sedang ia bersihkan.

Peristiwa itu terjadi di Kabupaten Hodan, tempat sedikitnya lima pembersih jalan tewas dan lebih dari delapan orang lagi cedera.

"Empat teman saya tewas dalam serangan tersebut dan kekuatan ledakan melempar mayat mereka ke udara," Shariifo bercerita. Namun, ketika ditanya mengenai Hari Ibu, ia berkata, "Saya tidak tahu."

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015