Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta awal pekan ini melemah tipis menyusul keluarnya data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang mendorong dolar AS menguat.

Rupiah pada Senin sore ditransaksikan pada 13.132 per dolar AS, turun 11 poin dibandingkan posisi sebelumnya 13.121 per dolar AS.

"Mata uang rupiah bergerak melemah setelah sempat menguat terhadap dolar AS pada sesi pagi tadi, data tenaga kerja non-pertanian Amerika Serikat yang naik menjadi salah satu penopang mata uang negeri Paman Sam itu," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.

Ia menambahkan bahwa sebagian pelaku pasar uang juga cenderung menahan diri membeli mata uang berisiko menjelang pertemuan menteri keuangan tingkat tinggi Eropa untuk membahas krisis utang Yunani.

"Investor cenderung enggan mengoleksi mata uang berisiko, salah satunya rupiah karena khawatir hasil pertemuan menteri keuangan tingkat tinggi itu belum menghasilkan solusi," katanya.

Ariston Tjendra mengatakan bahwa penguatan dolar AS itu masih cenderung terbatas seiring dengan adanya ekspektasi positif dari pemerintah yang optimistis keadaan ekonomi Indonesia pada semester kedua akan lebih baik lagi. Melalui percepatan infrastruktur dan realisasi belanja pemerintah, perekonomian Indonesia akan segera membaik.

"Anggaran infrastruktur yang sudah cair meyakinkan pasar bahwa pemerintah akan merealisasikan beberapa pembangunan infrastruktur," katanya.

Ia menambahkan bahwa di tengah situasi perekonomian global yang sulit, Indonesia masih mengalami pertumbuhan cukup baik di Asia Tenggara. Dengan berjalannya penganggaran APBN, perbaikan ekonomi Indonesia akan sesuai target.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 13.116 per dolar AS, naik dibanding sebelumnya 13.177.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015