Surabaya (ANTARA News) - Anggota Komisi IX DPR RI Rieke Diah Pitaloka bersama anggota lainnya berkunjung ke RSUD dr Soetomo Surabaya, Jawa Timur, Senin, untuk mengecek perkembangan pelayanan kesehatan terhadap peserta BPJS dan penanganan pasien "atresia bilier".

"Menurut saya keberadaan RSUD dr Soetomo Surabaya begitu strategis dan signifikan sebagai rumah sakit sentral yaitu pusat rujukan wilayah Indonesia Timur dan regional Provinsi Jawa Timur," katanya.

Dengan peserta BPJS Kesehatan yang mencapai sekitar 18 juta maka sistem pelayanan maupun sistem rujukan harus semakin ditingkatkan untuk perlindungan dan keselamatan pasien.

"RSUD Dr Soetomo Surabaya juga harus memperhatikan dengan serius dan sungguh-sungguh beberapa penderita penyakit tertentu yang perlu penanganan dan perawatan khusus seperti bayi penderita atresia bilier," kata politisi PDIP itu.

Atresia bilier adalah penyakit kelainan hati yang kronis. Penanganan atresia bilier memerlukan tahapan tindakan seperti diagnostik, operasi Kasai dan operasi transplantasi hati.

Di Indonesia rata-rata 500 bayi lahir setiap tahunnya terkena penyakit ini dan banyak yang tidak tertolong akibat akses kesehatan yang sulit akibat masih terbatasnya tenaga medis maupun rumah sakit yang bisa menangani serta mahalnya biaya berobat seperti operasi transplantasi untuknya membutuhkan biaya Rp1 miliar

Dari hasil sidak ke RSUD Dr Soetomo Surabaya ditemukan tiga bayi penderita atresia bilier yang sedang dirawat yaitu Syafiyah, 8 bulan asal Mojokerto; Abimanyu, 8 bulan asal Pasuruan; dan Nadya, 9 bulan asal Magetan.

Bayi-bayi tersebut sudah sampai tahapan perlu tindakan operasi transplantasi hati, pasien perlu stabilisasi yaitu kondisi yang baik untuk persiapan transplantasi hati. Pasien perlu diberikan obat, antibiotik, vitamin dan nutrisi serta pemeriksaan laboratorium lengkap secara kontinyu.

Sebagian besar bayi penderita atresia bilier mengalami komplikasi penyakit lainnya seperti paru-paru, gizi buruk dan ginjal, sehingga perlu penanganan yang intensif.

Umumnya, penderita terlambat berobat hingga 80 persen bayinya telah berusia lebih dari dua bulan sehingga sulit dilakukan tindakan operasi kasai. Masyarakat umum menganggap atresia bilier hanya sekadar gejala penyakit kuning biasa sehingga tidak terdeteksi sejak dini.

Skema BPJS Kesehatan hanya menanggung sebagian biaya misalnya untuk operasi transplantasi yaitu hanya Rp250 juta dari Rp1 miliar itu.

"Kami minta RSUD Dr Soetomo terus memberikan pelayanan medis yang sebaik-baiknya dengan mengutamakan keselamatan pasien," katanya.

Khusus biaya pengobatan penderita atresia bilier, pihaknya berharap ditanggung negara sepenuhnya secara bersama-sama antara Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, Pemerintah Daerah dan Rumah Sakit.

"Kami berharap RSUD Dr Soetomo membangun pusat penanganan terpadu atresia bilier dan penyakit hati lainnya, dan menambah jumlah tenaga kesehatan untuk menangani atresia bilier agar lebih optimal," katanya.

Selain itu, pihaknya juga mendesak pemerintah pusat dan daerah melakukan penyuluhan kesehatan dan sosialisasi secara preventif terhadap ibu hamil untuk senantiasa menjaga gizi dan kesehatannya serta melakukan "screening" terhadap bayi baru lahir yang mengalami penyakit kuning.

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015