Jakarta (ANTARA News) - Salah satu pertanyaan yang sulit dijawab bagi Arie Parikesit adalah "apa makanan khas Indonesia?".

"Susah sekali. Kita punya ribuan. Susah kalau harus direpresentasikan oleh 1-20 makanan," kata pendiri Kelana Rasa ini saat ditemui di @america.

Setiap kota di sebuah provinsi memiliki ragam makanan khasnya sendiri.

Keberagaman makanan di Indonesia ditambah lagi dengan aneka bahan dan cara pembuatannya.

Makanan berkuah seperti soto, memiliki ragam kuah dan campuran di daerah yang berbeda.

"Di beberapa tempat, makanan juga bagian dari adat istiadat yang menggambarkan fase kehidupan," kata Arie.

Tidak seperti Jepang yang dikenal dengan sushi, asam manis tom yam dari Thailand atau pho dari vietnam, Arie berpendapat sulit sekali untuk menyebut makanan yang benar-benar mewakili Indonesia.

Ia memilih sate sebagai makanan yang cukup mewakili  karena dapat ditemukan mulai dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia.

Perlu dicatat, sate di berbagai tempat di Indonesia pun memiliki keragaman saus, cara membuat maupun hidangan pendampingnya.

"Ada yang memakai lontong, nasi, sayur," tambah dia.

Persebaran sate pun menurut dia, lebih luas daripada soto.

Soto banyak ditemukan di Pulau Jawa, sedikit di Kalimantan dan Sulawesi dan tidak ada ketika mencapai Indonesia Timur.

"Di Maluku, masih ada sate dengan berbagai variasi."

Tantangan besar ketika memperkenalkan makanan Indonesia ke luar negeri, kata dia.

"Perlu kerja keras dan bertahap," kata Arie Parikesit.

Setiap daerah, menurut dia dapat memilih makanan apa yang dapat mewakilinya.

Bila memungkinkan, ruang lingkupnya diperkecil menjadi kota maupun kabupaten karena setiap kota di daerah pun memiliki makanan yang berbeda-beda.

"Bukan hanya provinsi, tiap kabupaten dan kota menjagokan satu," harapnya.

Tim Kelana Rasa telah mengunjungi 120 daerah di Indonesia bukan hanya sekedar memahami rasa setiap makanan namun menggali budaya terkait kuliner tersebut.

Menurut dia, ada akulturasi dengan negara lain seperti Tiongkok di makanan-makanan Indonesia.

Ia berharap makanan yang mewakili daerah bukan hanya simbol tetapi juga dipahami.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015