... sudah ke sana. Kami kasih imbalan jasa dan menawari ikut kerja di Dinas Pekerjaan Umum, tapi tidak mau...
Surabaya (ANTARA News) - Abdul Sukur, tukang becak warga Jalan Tambak Segaran Barat Gang 1 Nomor 27 Kota Surabaya, yang "hobi" menambal jalan berlubang atau rusak dengan batu, menolak pemberian uang jasa atau tawaran pekerjaan dari pemerintah Kota Surabaya.

"Kami sudah ke sana. Kami kasih imbalan jasa dan menawari ikut kerja di Dinas Pekerjaan Umum, tapi tidak mau," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, Erna Purnawati, di Surabaya, Rabu.

Fenomena tukang becak penambal jalan berlobang ini mencuat di dunia maya saat pertama kali di-posting salah seorang warga Surabaya, Himan Utomo, di facebook-nya. Posting-an tersebut mendapat tanggapan dari banyak warga.

Berbeda dengan Jakarta, di Surabaya becak masih sangat boleh berlalu-lalang di jalan-jalan besar Kota Pahlawan itu. 

Utomo menceritakan, sekitar pukul 23.05 WIB beberapa waktu lalu, di ITC Gembong Surabaya, ia melihat seorang bapak tua tukang becak ini berhenti pas di depan ITC. Bapak tua ini turun dari sadel becaknya dan menurunkan bongkahan batu aspal dan menaruhnya di beberapa jalan yang berlubang.

"Setelah beberapa kali mondar-mandir dari becak ke jalan berlubang, bapak tua ini mengambil palu besar untuk meratakan bongkahan batu aspal itu. Kemudia ia duduk sebentar sembari mengipaskan topi hitam miliknya sembari berucap: alhamdulillah...," katanya.

Utomo pun akhirnya mengampiri bapak tua ini dan duduk disamping beliau serta menawarkan rokok kepada dia. 

"Saya bertanya bapak dari dinas kota Surabaya ya? Kok meratakan jalan dan cuma memakai becak? bukankah dinas kota punya fasilitas? Bapak tua ini menjawab, "Bukan mas, saya tukang becak biasa."

Mendapati jawaban seperti itu, Utomo heran dan bertanya lagi. "Bapak digaji berapa? dan ikut siapa? Bapak tua ini menjawab, "Saya tidak kerja sama siapa-siapa dan tidak digaji siapa-siapa."

Hilman semakin penasaran dan bertanya lagi. "Lha bapak melakukan ini tidak dibayar kok mau, bukan kah sudah jadi tanggung jawab pemerintah kota, khan kita juga bayar pajak untuk pembangunan kota juga?"

Bapak tua ini tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa mas, ini sudah jadi hobi saya tiap malam. Setelah cari rezeki dengan menjadi tukang becak, malamnya saya selalu mencari bongkahan batu aspal, buat menutup jalan yang berlobang, ya hitung-hitung abdi saya sebagai warga kota Surabaya."

Mendapati hal itu, Utomo bersimpati karena masih ada orang seperti bapak tua tukang becak ini di Surabaya. Bapak tua ini juga berkata tentang lika-likunya menutup jalan yang berlubang.

"Saya sering di olok-olok sama teman-teman tukang becak dengan alasan buat apa melakukan itu semua karena tidak dibayar dan tidak akan dipedulikan pemerintah kota," katanya.

Anehnya, kata Utomo, bapak tua ini tertawa kecil dan sering menjawab demi kemanusiaan saja.

"Kalau ada yang terkena lobang terus kecelakaan gimana. Iya kalau musim panas terus kalau banjir kan gak kelihatan. Sudah tidak apa-apa kalau jalannya tidak berlubang semua yang lewat kan juga enak," katanya menirukan bapak tua itu.

Utomo mengatakan, mudah-mudahan ada pejabat di pemerintahan Kota Surabaya yang baca posting-an ini dan memberi dia penghargaan atas kerja keras beliau selama ini.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti, mengatakan, selain merespons, hal ini bisa menajdi bahan evaluasi juga terkait jalan rusak/berlubang. Pemerintah Kota tidak cukup menunggu pengaduan melalui pusat warga atau sapa warga.

"Kelurahan sebagai aparat di level paling dekat dengan masyarakat mestinya juga proaktif melaporkan untuk kemudian ditindaklanjut dinas dengan satgas atau unit reaksi cepat jalan berlubang/rusak," katanya.

Oleh Abdul Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015