Jakarta (ANTARA News) - Rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) 2015 tingkat SMA/SMK/MA mengalami kenaikan sebanyak 0,3 poin dari tahun sebelumnya 61 menjadi 61,3.

"Rata-rata nilai UN mengalami kenaikan. Kekhawatiran dengan dihapuskannya UN sebagai penentu kelulusan akan membuat anak-anak malas belajar tidak terbukti," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat petang.

Dalam konferensi pers yang molor berjam-jam itu, Anies menjelaskan nilai rata-rata SMA/SMK/MA negeri sebesar 62,64. Sedangkan nilai rata-rata SMA/SMK/MA swasta sebesar 58,91.

UN tingkat SMA/SMK/MA pada 2015 diikuti sebanyak 1.661.832 peserta.

Meskipun nilai rata-rata naik, sebagian besar nilai rata-rata mata pelajaran pada UN mengalami penurunan terutama pada program studi IPS, Bahasa dan Agama.

Untuk program studi IPA, nilai rata-rata Matematika mengalami penurunan dari sebelumnya 60,4 menjadi 59,17.

Sementara untuk program studi IPS, nilai rata-rata mata pelajaran Ekonomi menurun 2,18, Sosiologi turun 1,31 dan Geografi turun 5,25.

Untuk program studi Bahasa, sebagian besar nilai rata-rata mata pelajaran menurun seperti Bahasa Indonesia turun 1,24, Matematika turun 8,06, Sastra turun 5,87, Antropologi turun 6,21, dan Bahasa Asing turun 0,5 poin.

Sementara untuk program studi Agama, nilai rata-rata mata pelajaran yang menurun yakni Tafsir turun sebesar 4,17, Hadits turun 4,52 dan Fikih turun 3,91.

"Kondisi ini menunjukkan hasil UN tetap lebih baik dari tahun sebelumnya,"tambah dia.



Indeks Integritas



Mendikbud juga menjelaskan indeks integritas yang tertinggi yakni Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan persentase indeks integritas 99 persen atau tingkat kecurangan yang hanya satu persen.

Provinsi lainnya yakni Bangka Belitung menempati peringkat kedua untuk indeks integritasnya yakni dengan raihan 95,5 persen atau tingkat kecurangan hanya 4,5 persen.

Kemudian diikuti dengan Kalimantan Utara dengan indeks intergritas 88,4 persen atau tingkat kecurangan 11,6 persen.

Bengkulu menempati posisi keempat tingkat kecurangan terendah dengan 12 persen atau indeks integritasnya 88 persen.

Selanjutnya, Kepulauan Riau dengan indeks integritas 86 persen atau dengan tingkat kecurangan 14 persen.

Gorontalo meraih indeks integritas 80 persen atau tingkat kecurangannya 20 persen. Diikuti dengan Nusa Tenggara Timur, indeks integritas 79,6 persen atau tingkat kecurangan 20,4 persen.

Untuk UN berbasis komputer sama sekali tidak ada kecurangan karena soalnya berbeda untuk tiap siswa. Hasil UN berbasis komputer pada daerah dengan indeks integritas baik tidak menunjukkan perbedaan signifikan dengan UN berbasis kertas.

Sedangkan pada daerah dengan indeks integritas UN yang relatif rendah, terdapat perbedaan hasil UN berbasis komputer yang lebih rendah daripada UN berbasis kertas.

Anies enggan membuka lebih lanjut provinsi yang memiliki indeks intergritas rendah.

"Kami akan buka, setelah menyurati gubernurnya terlebih dahulu. Pasti akan buka kepada masyarakat," jelas dia.

Sementara itu Kapuspendik Kemdikbud, Nizam, menjelaskan indeks integritas itu diukur melalui keseragaman pola jawaban dan kecurangan antarsiswa.

"Dari hasil gabungan itu, dianalisa. Masing-masing sekolah ada nilainya,"jelas Nizam.

Dengan adanya indeks integritas itu, Nizam berharap setiap daerah melakukan evaluasi agar sekolah menekankan pada kejujuran.

Setiap siswa bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, berapa pun nilainya. Meskipun belum mencapai standar yang ditentukan oleh Badan Standar Nasional dan Pendidikan (BSNP) Kemdikbud rata- rata 5,5 per mata pelajaran.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, UN 2015 tidak lagi menjadi salah satu penentu kelulusan tapi hanya untuk pemetaan dan pertimbangan masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pewarta: Indriani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015