Jakarta (ANTARA News) - Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan PT Pertamina (Persero) menghemat pengadaan minyak mentah dan BBM senilai 98 juta dolar AS atau setara Rp1,3 triliun dalam periode Januari-Maret 2015.

"Ini pencapaian yang bagus. Pertamina bekerja dengan baik, sehingga memperoleh hasil yang memberi manfaat bagi masyarakat keseluruhan," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, efisiensi itu berasal dari unit "Integrated Supply Chain" (ISC) sebesar 49 juta dolar yang berasal dari hidrokarbon 22 juta dolar dan nonhidrokarbon 27 juta dolar AS.

Selanjutnya, unit pemasaran Pertamina memperoleh penghematan susut (losses) 49 juta dolar AS.

"Jadi, dalam bulan-bulan terakhir ini setelah manajemen Pertamina baru terbentuk, diperoleh penghematan 98 juta dolar," ujarnya.

Sudirman juga mengatakan, dirinya baru saja melaporkan likuidasi Petral ke Presiden Joko Widodo.

"Beliau menyambut baik," ucapnya.

Menurut dia, sebelumnya, Presiden sudah memberikan arahan agar pembubaran Petral dilakukan sendiri oleh Pertamina dan pemerintah hanya memberikan dukungan, serta selanjutnya memberikan laporannya.

"Dan, tadi saya laporkan ke Presiden," ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut, lanjutnya, Presiden juga mengatakan, mitos yang selama ini tidak tersentuh, akhirnya bisa diselesaikan.

"Ini adalah suatu milestone pembenahan mata rantai suplai. Penekanan dari beliau adalah investigasi harus dilakukan, karena dengan investigasi maka semuanya akan menjadi terang benderang, tidak ada lagi rumor dan tidak ada lagi spekulasi," ujarnya.

Apabila, lanjutnya, dalam investigasi diketahui ada pelanggaran hukum, maka Presiden meminta harus dipertanggunjawabkan dengan melimpahkannya ke penegak hukum.

Dalam pertemuan dengan Presiden, Sudirman juga menyampaikan perkembangan peralihan Petral ke ISC.

Ia mengatakan, selama ini, pembelian minyak bisa memperoleh diskon antara 1,3-1,5 dolar AS per barel.

Namun, berdasarkan catatan, Petral hanya melaporkan antara 25-30 sen dolar per barel.

"Ini menyiratkan dua hal bahwa sebetulnya ruang efisiensi itu masih terbuka lebar. Kedua, di masa lalu ada kesempatan memperoleh diskon yang tidak dimanfaatkan. Entah larinya ke mana. Ini yang akan menjadi subjek dari investigasi," tuturnya.

Presiden, tambahnya, juga menegaskan untuk memutuskan mata rantai masa lalu dan selanjutnya memberdayakan ISC.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015