Kami sudah mempersiapkan masing-masing kepala UPT seluruh 17 kecamatan untuk menerima soal UASBN, karena soal ujian tersebut dikirim mulai 15 Mei ke masing-masing pokja (kelompok kerja),"
Bantul (ANTARA News) - Unit Pelaksana Teknis Pendidikan di 17 kecamatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Jumat dijadwalkan mulai menerima soal ujian akhir sekolah berstandar nasional untuk jenjang sekolah dasar tahun ajaran 2015.

"Kami sudah mempersiapkan masing-masing kepala UPT seluruh 17 kecamatan untuk menerima soal UASBN, karena soal ujian tersebut dikirim mulai 15 Mei ke masing-masing pokja (kelompok kerja)," kata Kepala Dinas Pendidikan Dasar Bantul, Totok Sudarto, Jumat.

Menurut dia, UASBN tingkat SD/MI akan dilaksanakan serentak pada 18 Mei 2015, di wilayah Bantul ujian akhir tersebut akan diikuti sebanyak 12.107 siswa yang berasal dari sebanyak 874 satuan pendidikan tersebar di 17 kecamatan se-Bantul.

Ia mengatakan untuk distribusi soal UASBN ke wilayah Bantul menggunakan lima armada, yang masing-masing armada mendistribusikan soal ke beberapa kecamatan yang lokasinya saling berdekatan agar diselesaikan dalam satu hari.

"Armada I menuju wilayah Piyungan dan Banguntapan, armada II menuju Sewon, Jetis dan Imogiri, armada III di antaranya ke Dlingo, armada IV ke Kasihan, Sedayu dan Pajangan, kemudian armada VI ke Bantul, Bambanglipuro dan Srandakan," katanya.

Sedangkan armada V, kata dia, tidak dijadwalkan mengarah ke wilayah Bantul, namun bertugas untuk mendistribusikan ke wilayah lain di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sementara itu, menurut dia, dalam pelaksanaan UASBN SD nanti, ada lima sekolah yang tidak dapat menyelenggarakan sendiri karena sekolah tersebut masih baru sehingga belum memiliki akreditasi dari lembaga yang berwenang.

Menurut dia, sekolah yang tidak dapat menyelenggarakan UASBN tersebut antara lain SDIT Krapyak Desa Panggungharjo, SD Mutiara Persada, SDIT Ar-Rohmah, SD Muhammadiyah Kretek dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Mukhsin II.

Oleh sebab itu, kata dia, siswa kelas VI yang menempuh pendidikan di sekolah tersebut nantinya mengerjakan ujian di sekolah lain atau menggabung dengan sekolah yang menggelar UASBN yang terdapat di kawasan pokja wilayah setempat.

Sedangkan, terkait dengan penentu kelulusan, menurut Totok, ujian tingkat SD dan MI nanti berbeda dengan Ujian Nasional (UN) seperti tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) yang bukan penentu kelulusan siswa.

"Kalau ini (UASBN) akan dipakai sebagai penentu kelulusan siswa selain mempertimbangkan nilai rapor siswa sejak kelas 4 sampai kelas 6, komposisinya sekitar 50 persen dari ujian sedangkan sisanya pertimbangan lainnya," katanya.

Pewarta: Heri Sidik
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015