Manado (ANTARA News) - Sebanyak 31 ribu warga nusa utara (warga Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sangihe dan Talaud) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) menetap di negara tetangga Filipina, kata Gubernur Sinyo Harry Sarundajang, saat menjawab wartawan, di Manado, Sabtu

"Yang benar bukan eksodus, tapi moyang mereka memang sudah lama tinggal dan hidup di Filipina. Itu sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu," katanya ketika mendampingi Ketua DPD-RI Irman Gusman, bersama anggota Benny Ramdhani dan Maya Rumantir yang sedang melawat.

Profesi warga nusa utara di negara tetangga tersebut, kata dia, menjaga kebun-kebun milik mereka, sementara status kewarganegaraannya ber-KTP Indonesia maupun Filipina karena rata-rata lahir di sana.

"Jadi yang ada di sana bukan hanya 14 ribu tapi 31 ribu sesuai data yang ada pada kami," jelasnya seraya menambahkan kehidupan mereka tidak miskin, berkebun dan ada yang menetap dan pulang pergi.

Gubernur menambahkan pemerintah Indonesia (Provinsi Sulut) dengan Filipina telah menjalin hubungan harmonis sejak lama.

"Saya sudah beberapa kali diundang pemerintah Filipina berkunjung dan bertemu langsung melihat aktifitas mereka. Mereka baik-baik saja, karena hubungan sejarah dan budaya sudah lama terjalin baik sehingga mereka merasa betah," ujarnya.

Gubernur yang akan mengakhiri jabatan 20 September mendatang ini menyebutkan, Provinsi Sulut dan Filipina telah memiliki kerja sama "Border Crossing Agreement" (BCA) dan "Border Trade Area" (BTA).

Begitu pula hubungan dari segi "security" (pengamanan) telah terjalin karena ada pertemuan yang dilakukan secara berkala.

"Namun demikian dibutuhkan perhatian serius dari pemerintah pusat dan daerah terhadap masa depan mereka di sana," harapnya.

Hadir dalam pertemuan tersebut Asisten Pemerintahan dan Kesra Jhon Palandung serta Karo Pemerintahan dan Humas Jemmy Kumendong.

Pewarta: Karel A Polakitan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015