Ramallah (ANTARA News) - Para pejabat Palestina pada Minggu (17/5) mengeluh Israel melucuti peluang mereka untuk menggunakan teknologi telekomunikasi telepon genggam generasi ketiga, dan mengakibatkan kerugian mendasar bagi pelanggan dan perusahaan telepon selular lokal.

Ammar Al-Ikker, Direktur Pelaksana kelompok telekomunikasi Palestina, mengatakan kepada Xinhua, Israel segera memulai penerapan teknologi generasi ke-empat. Mereka mengeluh rakyat Palestina masih menggunakan teknologi generasi kedua.

"Kami tidak menggunakan frekuensi canggih dalam telekomunikasi, kerugian kami naik jadi 100 juta dolar AS setiap tahun, dan kerugian itu bertambah pada masa depan," kata Al-Ikker, saat rakyat Palestina merayakan Hari Masyarakat Informasi dan Telekomunikasi Dunia (WTISD), Minggu.

WTISD dirancang oleh badan PBB khusus Uni Telekomunikasi Internasional (ITU), dengan tujuan membantu meningkatkan kesadaran mengenai kemungkinan yang dapat diberikan oleh Internet dan teknologi lain komunikasi dan informasi (ICT) kepada masyarakat dan perekonomian, selain menjembatani jurang digital.

Allam Musa, Menteri Urusan Telekomunikasi Palestina, memberitahu Xinhua, Senin pagi-- perusahaan telekomunikasi dan telepon genggam Israel mengeruk keuntungan dari pasar Palestina dengan merampas keuntungan dari teknologi canggih tanpa membayar pajak kepada Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA).

Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, jumlah pengguna telepon genggam di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza mencapai 3,1 juta.

Penggunaan teknologi komunikasi yang ketinggalan jaman menimbulkan biaya tinggi bagi pelanggan lokal, terutama saat mereka berselancar di Internet dan menggunakan jejaring media sosial di telepon genggam mereka.

Sabri Seidam, penasihat teknologi Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan, "Secara politik, Israel menangani masalah telekomunikasi Palestina dengan cara yang sama Israel menangani masalah perluasan permukiman Yahudi dan menghalangi kemungkinan berdirinya Negara Palestina Merdeka."

(Uu.C003)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015