Pendakian yang direkomendasikan hanya sampai di Pos Pasar Bubrah, dan tidak boleh sampai ke puncak
Yogyakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono menyesalkan kejadian seorang pendaki Gunung Merapi yang terpelesat dan jatuh di dalam kawah setelah menaiki sisa reruntuhan puncak Garuda, Sabtu (16/5).

"Yang kami sesalkan adalah para pendaki yang tidak mematuhi imbauan untuk tidak mendaki sampai ke puncak Gunung Merapi," kata Surono di Kantor BPPTKG Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, kondisi gas beracun yang pekat dari kawah Merapi dan kondisi tanah yang labil dapat menyebabkan celaka bagi para pendaki yang memaksakan diri naik hingga puncak.

"Imbauan untuk tidak naik ke puncak dan mendekati kawah Merapi sudah sejak lama dikeluarkan pihak berwenang, baik itu BPPTKG Yogyakarta maupun Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Namun, masih saja ada yang tidak mengindahkan imbauan tersebut," katanya.

Sejak erupsi 2010, kata dia, kondisi kawah di puncak Gunung Merapi sudah jauh berbeda. Setiap saat Merapi selalu mengeluarkan gas yang berbahaya bagi manusia.

"Terlebih kondisi tanah dan bebatuan di Merapi yang tidak stabil dikhawatirkan akan dapat mencelakakan pendaki yang nekat naik hingga puncak," katanya.

Surono mengatakan bahwa sosialisasi dan imbauan kepada para pendaki agar tidak naik hingga ke puncak Merapi hingga kini terus dilakukan.

"Pendakian yang direkomendasikan hanya sampai di Pos Pasar Bubrah, dan tidak boleh sampai ke puncak," katanya.

Seperti diberitakan pendaki Ery Yunanto warga Kabupaten Sleman, DIY, terpeleset dan jatuh ke kawah setelah bersama lima rekannya melakukan pendakian di puncak Merapi, Sabtu (16/5), melalui Selo, Boyolali, Jawa Tengah.

Korban saat sampai di puncak sempat berfoto-foto dengan menaiki salah satu batuan yang mengarah ke kawah Merapi.

Saat akan turun dari batuan tersebut, korban terpeleset dan jatuh ke kawah Gunung Merapi dengan kedalaman sekitar 200--300 meter.

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015