Sanaa (ANTARA News) - Aliansi pimpinan Arab Saudi melanjutkan serangan udaranya terhadap kelompok Al-Houthi di Kota Pelabuhan Aden, Yaman Selatan, tak lama setelah gencatan senjata lima-hari berakhir pada Minggu malam (17/5), kata beberapa sumber militer.

Pesawat tempur koalisi membom kompleks presiden, yang dikuasai petempur Al-Houthi, kata beberapa saksi mata dan sumber yang sama.

Pemboman itu terjadi saat Utusan PBB untuk Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed mendesak semua pihak yang berperang untuk memperpanjang gencatan senjata.

"Saya menyeru semua pihak agar memperbarui gencatan senjata selama lima hari lagi setidaknya," kata Ismail Ould Cheikh Ahmed di dalam pidato saat sidang pembukaan konferensi dialog Yaman selama tiga hari di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh.

Ia mengatakan gencatan senjata tersebut mesti diubah jadi gencatan senjata permanen guna mengakhiri tindak kekerasan, demikian laporan Xinhua.

Selama gencatan senjata lima-hari, bentrokan antara petempur Al-Houthi dan pasukan yang setia kepada Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang hidup di pengasingan, berlanjut sementara kedua pihak saling menuduh mengenai pelanggar gencatan senjata.

Pada hari terakhir gencatan senjata sementara, Minggy, pertempuran sengit di Provinsi Taiz, Yaman Selatan, menewaskan sedikitnya 20 orang.

Arab Saudi, bersama delapan lagi negara Arab, telah membom kelompok Al-Houthi dan pasukan yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh sejak 26 Maret, dengan tujuan memulihkan pemerintah Presiden Hadi --yang dipaksa menyelamatkan diri dari negeri itu.

Konferensi Yaman dihadiri beberapa pemimpin suku, partai politik Yaman, serta wakil parlemen negeri tersebut serta organisasi internasional, dan diselenggarakan pada Ahad di Riyadh.

Namun kelompok Al-Houthi dan pemimpin Partai Kongres Rakyat Umum, yang dipimpin mantan presiden Ali Abdullah Saleh menolak untuk menghadiri pembicaraan itu.

Serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi, serta pertempuran darat antara anggota Al-Houthi dan pendukung Hadi, sejauh ini telah menewaskan lebih dari 1.400 orang, dan melukai lebih dari 4.000 orang di seluruh negara yang dirongrong krisis tersebut, demikian data yang disiarkan oleh Pemerintah Yaman.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015