Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian mencatat dalam empat tahun terakhir atau selama 2011-2014 impor bawang merah secara nasional mengalami penurunan.

Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim di Jakarta, awal pekan ini menyatakan, pada 2011 Indonesia mengimpor bawah merah sebanyak 160.467 ton senilai 77,44 juta dolar AS, kemudian pada 2012 menjadi 123.315 ton (55,13 juta dolar AS).

"Pada 2013 impor bawang merah kembali turun menjadi 96.139 ton senilai 54,71 juta dolar AS dan tahun 2014 hanya 60.023 ton dengan nilai 23,47 juta dolar AS," katanya.

Menurut dia, selain melakukan impor bawang merah, Indonesia juga mengekspor komoditas sayuran tersebut meskipun secara volume maupun nilai masih sangat kecil.

Selama periode yang sama atau 2011-2014, tambahnya, ekspor bawang merah Indonesia berturut-turut yakni 13.792 ton, kemudian naik menjadi 19.196 ton pada 2012, namun pada 2013 turun menjadi 4.982 ton dan semakin rendah pada 2014 hanya 394 ton.

Sedangkan secara nilai ekspor bawang merah Indonesia pada 2011 sebanyak 6,59 juta dolar AS, kemudian naik menjadi 8,87 juta dolar AS pada 2012 dan turun menjadi 2,98 juta dolar pada 2013 sedangkan 2014 hanya 169.343 dolar AS.

Produksi bawang merah nasional pada 2011 mencapai 893.124 ton, naik menjadi 964.195 ton pada 2012 dan 1,01 juta ton pada 2013, sedangkan 2014 mencapi 1,22 juta ton.

"Produksi bawang merah tidak merata sepanjang tahun dan tergantung musim. Produksi berkurang di musim hujan dan melimpah di musim kemarau. Produksi yang berkurang tersebut memicu impor," katanya.

Sementara itu untuk 2015, tambahnya, produksi bawang merah diperkirakan mencapai 1,14 juta ton atau sekitar 120 ribu ton per bulan.

Hasanuddin menyatakan, pada semester kedua tahun ini akan terjadi panen raya panen raya di sentra pengembangan bawang merah khususnya Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan NTB sehingga ketersediaan bulan Juli, Agustus dan September surplus.

"Oleh karena itu kami mengusulkan tidak ada impor bawang merah pada semester II 2015," katanya. 

Pewarta: Subagyo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015