Musim liburan anak-anak yang masih duduk di bangku kelas 1-5 Sekolah Dasar (SD) dimanfaatkan sejumlah orang tua di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) untuk mengkhitankan atau menyunatkan putranya.

Namun prosesi khitanan tidak seperti yang diharapkan mereka akibat pemadaman listrik yang dilakukan PT PLN Kepri kecuali Tanjungpinang. Bahkan ada beberapa orang tua terpaksa memindahkan lokasi sunat putranya ke rumah saudara dan sahabatnya akibat pemadaman listrik.

Seperti yang dialami Kiki, putra dari Eli yang batal melaksanakan khitanan di rumahnya akibat pemadaman listrik yang terjadi malam hari. Eli memilih sistem khitanan dengan menggunakan laser, tidak dengan cara manual.

Peralatan dengan menggunakan laser membutuhkan energi listrik. Berbeda dengan cara manual, yang mengandalkan gunting dan menjahit bagian yang dipotong.

Saat tenaga medis sunat tiba di rumah Eli jam 19.30 waktu setempat, listrik masih hidup. Namun ketika proses penyunatan akan dilaksanakan, listrik pun padam.

"Untung saja listrik padam tidak pada saat laser dihidupkan dan digunakan. Jika listrik padam saat pemotongan, bisa membahayakan pasien," kata Putra, tenaga medis Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) yang menangani penyunatan tersebut.

Eli mengatakan pemadaman listrik yang terjadi lebih dari sebulan ini berlangsung selama tiga jam. Pada pagi dan siang hari juga terjadi pemadaman listrik dengan durasi yang sama.

Mantan perawat itu pun tetap bersikukuh untuk menyunatkan putranya, namun tidak di kediamannya di Batu 8 Tanjungpinang.

Dia menghubungi Vina, saudaranya yang bermukim di Batu 11. Kebetulan listrik di rumah saudaranya itu hidup.

Sang perawat pun tidak menolak niat Eli, karena Kiki bersedia disunat.

"Kalau menggunakan cara manual, bisa dilakukan asal ada penerangan, tapi prosesnya lama. Kalau menggunakan laser, proses lebih cepat, pasien juga tidak terlalu merasa sakit," kata Putra.

 Eli dan Kiki menumpang mobil milik Putra menuju rumah Vina. Proses khitanan pun mulai berlangsung di rumah yang tidak memiliki genset tersebut.

 Namun setelah Kiki disuntik bius, tiba-tiba listrik pun padam. Kiki masih beruntung lantaran belum dilakukan proses pemotongan dengan menggunakan laser.

 Sang perawat pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sudah ratusan pasien yang saya tangani, tapi baru kali ini proses penyunatan terganggu akibat listrik," katanya.

  Tidak kehilangan akal dan putus asa. Melihat Kiki yang sudah mengenakan kain sarung dan terbaring lesu dalam kondisi ruangan yang remang-remang, akhirnya Vina menghubungi tetangganya yang menggunakan genset.

 Safarin, tetangga Vina bersedia rumahnya digunakan sebagai tempat khitanan Kiki. Perawat, Eli dan putranya berjalan kaki sejauh sekitar 100 meter ke rumah Safarin.

Proses khinanan pun berlangsung tanpa hambatan saat listrik padam.

"Kondisi ini membuat pasien, terutama anak-anak tidak nyaman dan mudah stres. Tapi untungnya pasien tidak mudah stres," ucap Putra.

 Malam itu, seharusnya Putra melayani tiga pasiennya. Akibat pemadaman listrik yang mengganggu aktivitasnya, akhirnya dia hanya mampu menyunat Kiki, karena sudah larut malam.


Sunat Remang-Remang

 Beberapa anak-anak yang tinggal di Batu 9 sejak sore hingga malam hari tetap dikhitan, meski saat malam terjadi pemadaman listrik.

 Selain itu anak-anak yang tinggal di kawasan Kota Piring juga disunat saat kondisi rumahnya remang-remang.

 Proses penyunatan terpaksa dilakukan secara manual dan berlangsung lama.

 "Sudah niat, jadi tetap dijalankan, walaupun kondisi rumah remang-remang," ucap Risbi, warga Kota Piring.

 Setelah disunat, anak-anak merasakan sakit, sebab bius tidak bertahan lama. Selain menahan rasa sakit, mereka juga harus menahan rasa panas.

 Kipas angin maupun mesin pendingin ruangan tidak dapat digunakan akibat pemadaman listrik. Ibu dari anak-anak yang disunat terpaksa menggunakan koran sebagai pengganti kipas angin.

 "Ini sudah luar biasa. Akibat listrik padam, masyarakat sengsara," katanya.


Musuh Bersama

 Masyarakat Peduli PLN mengancam menduduki Kantor PT PLN Kepulauan Riau (Kepri) kecuali Batam dalam aksi unjuk rasa.

"Manajemen PLN di Tanjungpinang seperti menjadi musuh bersama. Masyarakat sudah tidak tahan lagi," kata Koordinator Masyarakat Peduli PLN Andi Cory Fattahudin di Batu 8 Tanjungpinang.

 Masyarakat akan menduduki Kantor PLN selama berhari-hari sampai pihak manajemen perusahaan itu menghidupkan listrik. Masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan janji pihak PT PLN.

 Pihak perusahaan listrik plat merah itu telah berulang kali berjanji untuk menyelesaikan permasalahan krisis listrik di ibu kota Kepri itu, namun sampai sekarang masih terjadi pemadaman selama berjam-jam secara bergiliran.

 "Dalam sehari listrik padam selama berjam-jam. Listrik padam tiga kali sehari. Siapa yang tidak marah?" ucapnya.

 Pertemuan antara tokoh masyarakat dengan pihak PLN, yang difasilitasi Polres Tanjungpinang tidak akan mengubah niat masyarakat untuk melakukan unjuk rasa.

 Jumlah massa yang akan melakukan unjuk rasa di Kantor PLN Kepri kecuali Batam yang beralamat di Jalan Bakar Batu Tanjungpinang diperkirakan 10.000 orang. Pihak kepolisian dipastikan akan menutup jalan selebar 4 meter tersebut.

 "Ini akumulasi dari kekecewaan masyarakat, yang sudah lelah mendengar janji-janji pihak PLN," katanya.

Masyarakat Peduli PLN sejak pekan lalu menyebarkan selebaran kepada masyarakat Tanjungpinang untuk bersama-sama menggelar aksi unjuk rasa di di Kantor PLN Kepri kecuali Batam pada Selasa 19 Mei 2015.

 "Kami yakin masyarakat peduli terhadap permasalahan ini," ujarnya.

Menanggapi permasalahan itu, Manajer PT PLN Kepri kecuali Batam Mahjudin mengatakan pihaknya menyerahkan permasalahan keamanan pada saat massa menggelar unjuk rasa kepada pihak kepolisian.

"Kalau masalah keamanan kami serahkan kepada pihak kepolisian," katanya.

 Pihak PLN Kepri kecuali Batam memiliki kewajiban untuk menginformasikan kepada masyarakat permasalahan yang dihadapi PLN sehingga terjadi pemadaman listrik.

 "Kami tidak akan menghindari massa, sebab kami harus menjelaskan permasalahan yang dihadapi kepada masyarakat. Yang lain-lain, terkait keamanan, kami serahkan kepada pihak kepolisian," katanya.


Kembali Normal

PT PLN Kepulauan Riau (Kepri) kecuali Batam berjanji kondisi kelistrikan di Kota Tanjungpinang kembali normal sebelum puasa.

"Kami minta masyarakat Tanjungpinang bersabar karena saat ini masih dalam tahap perbaikan," kata Manajer PT PLN Kepri kecuali Batam Mahjudin.

Dia menjelaskan pemadaman listrik di Tanjungpinang terpaksa dilakukan lantaran dua mesin pembangkit listrik berkekuatan 20 MW di Galang Batang, Bintan, rusak. Kapasitas listrik saat ini hanya 41 MW, sementara beban puncak mencapai 57 MW.

Kondisi itu yang menyebabkan listrik di Tanjungpinang padam selama berjam-jam dalam sehari sejak sekitar satu bulan yang lalu.

"Selain perbaikan mesin pembangkit listrik, kami juga akan mencari jalan lain untuk menambah daya atau kemampuan listrik," ujarnya.

Informasi itu, kata dia, sudah disampaikan kepada tokoh masyarakat dalam pertemuan yang difasilitasi Polres Tanjungpinang. PLN tidak dapat menghalangi niat masyarakat untuk melakukan unjuk rasa di Kantor PLN, besok.

"Tapi kami akan menjelaskan kepada masyarakat kondisi yang dihadapi PLN. Ini tugas kami untuk menginformasikan kepada masyarakat," katanya.

Dia menjelaskan mesin pembangkit listrik di Galang Batang dikelola PT Capital Turbin Indonesia. Perusahaan itu dikenakan "denda karena tidak melaksanakan perjanjian secara maksimal.

"Nilai denda saya tidak hafal, tergantung berapa lama listrik dipadamkan akibat kerusakan listrik," katanya.

Oleh Nikolas Panama
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015