... Yang ada yang bermain norak...
Jakarta (ANTARA News) - Musisi Bimbim berpendapat tidak ada jenis musik yang norak, termasuk aliran musik dangdut. "Yang ada yang bermain norak," kata Bimbim di Jakarta.

Rock n roll, aliran musik yang band-nya usung selama ini, pun akan terdengar norak bila dimainkan oleh orang yang seperti itu. Kata norak, dalam pengertian bahasa Indonesia adalah kampungan, tidak terpelajar, dan sejenisnya. 

Pada sisi lain, musik Indonesia juga dibangun atau terdiri dari musik tradisional yang tetap dilestarikan komunitas etnik masing-masing, misalnya musik tarling (gitar-suling) bagi masyarakat pesisir Banyuwangi dan Blambangan, Jawa Timur. 

Atau pada masa lebih terkini, berkembang subur juga musik organ tunggal campur sari, yang lagu-lagunya juga berlirik dalam bahasa Indonesia selain (kebanyakan) bahasa Jawa.

Sebagai perbandingan, musik (belakangan) jazz dan blues yang berakar dari musik gospel, merupakan subgenre musik di Amerika Serikat yang berasal dari kalangan akar rumput kulit hitam, pada akhir dasawarsa '40-an. Saat itu, diskriminasi dan kekerasan berlatar perbedaan ras manusia masih sangat kental terjadi di sana. 

Dalam musik, bagi drummer Slank ini bukan aliran yang terpenting melainkan bagaimana sang musisi memasukkan pemikirannya dalam karya-karyanya.

Bila musisi memasukkan pemikirannya tentang Indonesia maupun Pancasila akan menjadi suatu karya yang bisa diekspor.

Menurut Bimbim, musik Indonesia tidak kalah bila dibandingkan dengan negara lain, sebutlah Jepang, Korea Selatan, bahkan Amerika Serikat.

"Musik indie Indonesia sudah keliling dunia, sampai ke festival besar," kata pria bernama lengkap Bimo Setiawan Almachzumi ini.

Pria berusia 48 tahun ini berpendapat yang diperlukan mereka yang bergelut di dunia musik, terutama yang independen, adalah kesempatan berindustri, mengingat industri musik negara ini sedang kurang bersahabat.

Ia justru ingin pemerintah yang melihat bagaimana para musisi ini dapat tetap bertahan.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015