Semacam di Jepang, kan industri komiknya menyumbang banyak sekali pada besaran industri buku mereka,"
Jakarta (ANTARA News) - Komik lokal cetak berpeluang besar berkembang mengingat kebutuhan pasar pembaca yang ada saat ini. Namun, tak bisa sendiri, pelaku industri komik lokal membutuhkan dukungan pemerintah.

Pengamat komik, Hikmat Darmawan, mengatakan, pemerintah dalam hal ini bisa berperan membangun atau memfasilitasi infrastruktur penerbitan baru hingga di kota-kota kecil.

"Misalnya mampu menghidupkan pasar lokal di luar Jakarta dan di luar Jawa. Kalau pun di Jawa, yang lokal kota-kota kecil," kata Hikmat kepada ANTARA News di Jakarta, Sabtu.

Di samping itu, menurut dia, Badan Ekonomi Kreatif bisa melakukan sejumlah hal yakni menyediakan fasilitas kertas, mengadakan berbagai workshop soal komik hingga penyelenggaraan acara-acara bertema komik.

"Bekraf misalnya, perlu terus membantu inkubasi industri buku lokal termasuk komik di daerah-daerah lewat insentif pajak, fasilitas kertas, workshop dan pendidikan sumber daya manusia atau penciptaan event-event buku di seluruh Indonesia," kata dia.

Menurut Hikmat, mengingat potensi pasar pembaca yang besar di Indonesia, industri komik lokal bisa memiliki andil membangkitkan industri penerbitan di Indonesia.

"Nah, komik bisa berperan untuk menjadi salah satu pintu masuk penciptaan pasar penerbit lokal. Jadi logika kerjanya dibalik, yakni dengan membangkitkan industri komik lokal, maka industri penerbitan lokal pun dibangkitkan," kata dia.

"Semacam di Jepang, kan industri komiknya menyumbang banyak sekali pada besaran industri buku mereka," tambah Hikmat.

Menurut dia, saat industri komik lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri misalnya, yakni sekitar tahun 1950 hingga 1970-an, pembaca komik di Indonesia sekitar 25-25 juta orang pembaca atau pembeli.

"Ketika komik Indonesia jadi mainstream dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, pada 1950 hingga 1970-an. Ini hitungan kasar saya saja, potensi industri komik kita sekitar 25-35 juta pembaca atau pembeli, " tutur dia.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015