... harga beras palsu itu jauh lebih tinggi dari harga standar Bulog...
Semarang (ANTARA News) - Bulog Divisi Regional Jawa Tengah mengantisipasi pemasukan beras palsu ke gudang mereka, salah satunya meningkatkan ketelitian pemeriksaan beras yang datang dari para mitra kerja.

"Saya sudah menyebarkan surat edaran kepada kepala subdivre, kepala gudang, dan surveyor agar lebih teliti lagi dalam memeriksa beras yang masuk ke gudang Bulog," kata Kepala Bulog Divisi Regional Jawa Tengah, Damin Hartono, di Semarang, Minggu.

Menurut dia, "Secara logika beras palsu atau beras campuran berbahan plastik tidak akan mungkin masuk ke gudang Bulog mengingat harga beras palsu itu jauh lebih tinggi dari harga standar Bulog." Dia tidak memakai istilah beras sintetik atau beras plastik melainkan beras palsu. 

Jika sesuai Instruksi Presiden Nomor 5/2015, harga pembelian pemerintah untuk beras melalui Bulog yaitu Rp7.300/kg, sedangkan harga beras oplosan dengan beras palsu di kisaran Rp8.000-9.000/kg.

"Jadi dari harga saja tidak mungkin masuk ke Bulog, meski demikian kami tetap waspada jika ada oknum yang berusaha tidak jujur," katanya.

Sementara itu, pihaknya justru mengimbau masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi beras premium agar lebih waspada. Menurut informasi, beras oplosan dengan butiran beras plastik berwarna putih bersih yang artinya hampir menyerupai warna beras jenis premium.

"Kalau beras Bulog itu tidak putih bersih karena masih ada kandungan katulnya, derajat sosoknya saja 95 persen. Artinya memang beras tersebut masih ada kandungan katulnya," katanya.

Sebelumnya, pelaksana harian Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, Santoso, memastikan sejauh ini tidak ada beras palsu yang masuk ke Jawa Tengah.

Indonesia merupakan negara papan atas pengonsumsi beras. Selain negara-negara Asia, Amerika Serikat juga menjadi produser beras dunia sementara peredaran masif beras plastik ini dilaporkan terjadi di Negara Bagian Kerala, India di bagian selatan. 

Pewarta: Aris Widiastuti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015