Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto meminta Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan perbankan (BI Rate) untuk mendorong dunia usaha di tengah situasi ekonomi yang melambat.

"Turunkan BI Rate, jangan pikirkan hanya sudut pandang BI saja, tapi lihat kepentingan semua sektor," katanya di sela acara Rakernas dan Trade & Investment Forum di Jakarta, Senin.

Suryo mengatakan, pihaknya prihatin dengan kondisi yang melanda perekonomian Indonesia belakangan ini. Tren pelemahan ekonomi global yang terjadi itu juga dirasakan oleh dunia usaha.

Sayangnya, katanya, faktor eksternal tersebut masih harus ditambah dengan tingginya bunga bank yang ditetapkan BI.

"Bunga bank di Indonesia cukup tinggi, sedangkan di negara-negara tetangga bunga bank itu hanya separuh dari nilai yang berlaku di dalam negeri. Dari situ saja kita sudah lihat betapa tidak diuntungkannya posisi dunia usaha Indonesia," katanya.

Bunga bank yang tinggi, menurut dia, bisa membuat dunia usaha kelimpungan dalam menjalankan usaha di tengah melemahnya penjualan, produksi hingga ekspor.

"Saat ini semuanya melemah, sehingga kita sudah lihat banyak PHK. Maka pemerintah harus menyusun langkah untuk menetralisir keadaan ini dan agar situasi ini tidak berkelanjutan," katanya.

Oleh karena itu, Suryo meminta pemerintah untuk memberikan kebijakan dan strategi khusus serta insentif untuk membantu dunia usaha.

"Kalau BI Rate bisa diturunkan, ya turunkan. Tidak perlu terlalu memikirkan sudut pandang BI karena kita harus melihat secara holistik kepentingan semua sektor. Memang ada risiko, tapi kadang risiko itu perlu kita ambil kalau ingin menyelamatkan ekonomi secara keseluruhan," ujarnya.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa (19/5) memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

"Keputusan tersebut sejalan dengan kebijakan moneter yang cenderung ketat untuk menjaga agar inflasi berada dalam sasaran 4 plus minus 1 persen pada 2015 dan 2016, serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2,5-3 persen terhadap PDB dalam jangka menengah," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (19/5).

Keputusan BI mempertahankan BI rate di level 7,5 persen tersebut adalah ketiga kalinya setelah pada Februari 2015 menurunkan tingkat suku bunga acuan dari 7,75 persen menjadi 7,5 persen.

Faktor eksternal dan domestik menjadi pertimbangan BI menerapkan kebijakan moneter ketat.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015