Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang antarbank Jakarta Senin sore menguat tipis 3 poin menjadi 13.155 per dolar AS, setelah pada akhir pekan lalu ditutup pada 13.158 per dolar AS.

"Mata uang rupiah bergerak mendatar dengan kecenderungan menguat seiring dengan masih adanya respon positif dari pelaku pasar uang terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang masih cukup stabil," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta.

Menurut dia, sentimen dari lembaga pemeringkat Standard & Poors (S&P) yang menaikkan outlook peringkat utang Indonesia menjadi positif pada pekan lalu masih menjadi salah satu faktor penopang mata uang rupiah.

"Sebagian pelaku pasar uang masih memandang positif setelah adanya perubahan outlook itu. Diharapkan, pemerintah bekerja cepat dalam merealisasikan pembangunan infrastruktur, dengan begitu potensi Indonesia untuk masuk ke level investment grade akan terbuka," katanya.

Sementara Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa penguatan rupiah masih tertahan oleh sentimen data indeks harga konsumen (CPI) inti Amerika Serikat bulan April yang dirilis lebih bagus dari perkiraan pasar.

CPI merupakan salah satu indikator inflasi sehingga hasil data itu dapat memperbesar peluang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS.

"Ekspektasi suku bunga yang masih membayangi tetap membuat dolar AS berada dalam tren penguatan. Pasar kini berspekulasi the Fed akan mulai melakukan pengetatan moneter di semester kedua tahun ini. Spekulasi itu akan menjaga penguatan perdagangan dolar AS," katanya.

Menurut Kurs Tengah Bank Indonesia rupiah berada pada 13.186 per dolar AS dibanding sebelumnya 13.136 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015