Tulungagung (ANTARA News) - Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Timur, Senin melakukan pemantauan langsung ke Telaga Warna Panggunguni, Tulungagung yang diduga beracun karena mengandung zat arsenik dan logam berat lain sehingga membahayakan jika dikonsumsi.

Kegiatan pemantauan dilakukan oleh tim monitoring bidang pertambangan Dinas ESDM Jatim didampingi sejumlah petugas dari Dinas PU Pengairan dan ESDM Tulungagung.

Begitu tiba di lokasi telaga warna yang terletak di puncak bukit Puthuk Krebet, Desa Panggunguni, Kecamatan Pucanglaban, dua petugas ESDM Jatim langsung mengambil sampel air dan tanah dari pinggir telaga warna.

Tidak hanya itu, mereka juga mengambil serpihan batu yang ada di tebing sekitar telaga untuk dibawa ke laboratorium khusus milik Dinas ESDM Jatim.

"Kami akan analisa dulu, apakah cukup diteliti di lab dinas (ESDM) atau harus dibawa ke laboratorium lain yang lebih canggih, misal ke Sucofindo atau lainnya," kata salah satu petugas seksi pengawasan Dinas ESDM Jatim, Nina.

Pengambilan sampel juga dilakukan di tiga telaga lain di area bekas pertambangan tembaga yang sama, yang masing-masing memiliki keunikan warna berbeda, yakni biru, hijau, dan hitam.

"Tepatnya, pengambilan sampel ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat yang menyebabkan telaga ini memiliki karakteristik warna berbeda," teran Kabid ESDM Dinas PU Pengairan dan ESDM Kabupaten Tulungagung, Harinto Triyoso.

Hasil dari penelitian atas kandungan air dan tanah di telaga warna tersebut, lanjut Harinto, akan dijadikan acuan Pemkab Tulungagung dalam mengelola kawasan bekas pertambangan tersebut.

Apakah akan dilakukan reklamasi total dengan menutup bekas-bekas galian tambang yang kini menjadi telaga, atau justru mengembangkannya menjadi kawasan wisata telaga warna.

"Hasil pengujian di laboratorium ESDM Jatim akan sangat menentukan langkah kebijakan yang bakal diambil pemerintah daerah," ujarnya.

Menurut Harinto, tidak menutup kemungkinan Dinas PU Pengairan dan ESDM Tulungagung bakal mengajukan dana reklamasi ke Pemprov Jatim.

Kendati sudah ada dana jaminan dari perusahaan tambang untuk reklamasi lahan, lanjut dia, kebutuhan anggaran untuk pengembangan kawasan menjadi obyek wisata membutuhkan dana lebih besar sehingga perlu bantuan Pemprov Jatim.

"Skenario itu bisa berubah jika hasil pengujian atas sampel air dan tanah di telaga warna ini menyatakan adanya kandungan logam berat yang berbahaya sehingga muncul rekomendasi untuk ditutup total," ujarnya.

Telaga Warna Panggunguni muncul di empat bekas titik galian bekas pertambangan tembaga di Bukit Puthuk Krebet, Desa Pangguni, Kecamatan Pucanglaban.

Danau yang masing-masing memiliki keunikan warna berbeda ini terbentuk sejak 2013, sejak kegiatan pertambangan dihentikan.

Namun saat itu kemunculan telaga warna tidak banyak dihiraukan masyarakat.

Telaga yang berada di area bekas pertambangan seluas 7,5 hektare itu mulai menarik perhatian saat tren batu akik mulai mengemuka.

Pemburu batu akik dari berbagai daerah bahkan berlomba mendapatkan bongkahan batu sisa penambangan yang diyakini sebagai batu motif pirus lazuli, salah satu jenis batu akik khas Tulungagung yang banyak diburu kolektor.

Dari perburuan batu akik pirus lazuli itulah popularitas Telaga Warna meningkat pesat sehingga menarik ribuan wisatawan dari berbagai pelosok Tulungagung dan sekitarnya.

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015