Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore, bergerak melemah sebesar 18 poin menjadi Rp13.205 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.187 per dolar AS.

"Mata uang rupiah berbalik arah ke area negatif setelah sempat tadi pagi ini bergerak menguat. Pelemahan rupiah mungkin karena mendapatkan sentimen dari pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen yang yakin kenaikan suku bunga acuan AS tahun ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.

Selain itu, lanjut dia, mata uang dolar AS juga terdorong setelah data inflasi inti Amerika Serikat bulan April naik di atas estimasi.

Ia menambahkan bahwa beberapa data ekonomi penting AS lainnya yang akan dirilis pada pekan ini akan menjadi penggerak pasar keuangan seperti data pesanan barang tahan lama (Durable Goods Orders) April, data survei tingkat keyakinan konsumen Mei dan data penjualan rumah baru April.

"Pasar akan mencermati data itu yang diprediksi mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Hasil data AS yang negatif bisa menopang rupiah ke depannya," katanya.

Sementara itu, Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan bahwa nilai tukar rupiah bergerak cukup stabil. Pemerintah yang tetap nyakin dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi cukup memberikan ketenangan bagi sebagian pelaku pasar uang.

Ia menambahkan bahwa adanya pandangan dari lembaga pemeringkat Standard & Poors (S&P) terhadap peringkat utang Indonesia dengan outlook positif akan menjaga stabilitas mata uang rupiah.

"Ke depan, peringkat Indonesia yang saat ini berada di posisi BB+ (double B plus) berpotensi naik cukup terbuka seiring dengan pemerintah yang terus fokus mendorong pertumbuhan perekonomian domestik," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (26/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.192 dibandingkan hari sebelumnya (25/5) Rp13.186.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015