Los Angeles (ANTARA News) - Presiden Federasi Sepak Bola Amerika Serikat Sunil Gulati mengatakan dia akan bergabung dengan kaukus yang akan mencampakkan Presiden FIFA Sepp Blatter. Keputusan ini sangat berisiko bagi AS di tengah peluangnya menjadi tuan rumah Piala Dunia berikutnya.

"Sepak bola AS akan memilih Pangeran Ali bin Al Hussein untuk Presiden  FIFA sebelumnya," cuit Gulati, menjelang pemilihan bos badan sepak bola dunia itu seperti dikutip AFP.

"Ini adalah suara untuk tata kelola yang baik dan janji kepada permainan kita," sambung Gulati yang juga anggota Komite Eksekutif FIFA yang sangat berkuasa dan sedang berada di Zurich, Swiss, untuk Kongres FIFA.

Blatter menghadapi rangkaian seruan mundur dari berbagai kalangan setelah pihak berwajib AS mengeluarkan tuduhan terjadinya korupsi yang merajalela, sistemik dan mengakar dalam cabang olah raga ini.

Gulati berkata kepada New York Times bahwa kemarahan dengan cepat diikuti oleh kekagetan dan kekecewaannya dalam dakwaan jaksa itu.

Kemarahan itu, sambung dia, hanya memastikan keputusan yang sudah dia buat bahwa AS hanya akan memberikan suara kepada satu-satunya orang yang menentang pemilihan kembali Blatter untuk masa jabatan kelimanya.

Gulati mengakui bahwa pemberian suara semacam itu memang akan meredupkan harapan AS untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia berikutnya.

"Akan senangkah saya menyaksikan Amerika Serikat menuanrumahi sebuah Piala Dunia di masa mendatang?" tanya Gulati. "Jawabannya tentu saja, ya. Tetapi bagi saya, untuk sepak bola AS, tata kelola yang lebih baik dan integritas yang lebih di CONCACAF dan FIFA adalah jauh lebih penting dibandingkan menjadi tuan rumah turnamen sepak bola internasional apa pun."

Karena sepak bolanya sendiri semakin menarik, Amerika Serikat sudah lama dianggap sebagai calon utama tuan rumah Piala Dunia 2026.

Setelah itu pergelaran olah raga paling akbar di dunia itu tidak akan pernah lagi diadakan di kawasan Amerika Utara dan Tengah serta Karibia selama kurang lebih 30 tahun.

Dua edisi Piala Dunia berikutnya, pada 2018 dan 2022, sudah dijatahkan untuk Rusia dan Qatar, dan FIFA sudah menegaskan bahwa venue-venue tidak akan berubah sekalipun pihak berwenang Swiss tengah menyelidiki korupsi sewaktu proses pemungutan suara untuk memberikan hak ketuanrumahan Piala Dunia kepada dua negara itu.

"Saya yakin ada beberapa orang yang tidak akan sepakat dengan keputusan itu dan akan memprioritaskan kepada hal-hal yang berbeda," kata Gulati kepada The Times. "Namun inilah yang kami rasakan, dan kami melakukan yang kami anggap benar."


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015